Distribusi Biaya Hidup ke Ibujiyati salah satu penerima manfaat di lemahputro
Harapan di Tengah Keterbatasan: Kisah Para Penerima Manfaat di Lemah Putro
20/09/2024 | adminSidoarjo, 19 September 2024 — Di tengah hiruk pikuk kota, masih ada kehidupan yang dijalani dengan penuh kesederhanaan, bahkan keterbatasan. Kemarin, Baznas Sidoarjo melaksanakan distribusi bantuan biaya hidup kepada empat penerima manfaat di Kelurahan Lemah Putro, Kecamatan Kota Sidoarjo. Empat sosok ibu yang menjalani hidup dengan ketiadaan, namun tetap bertahan dengan bantuan orang-orang di sekitarnya.
Salah satu penerima manfaat adalah Ibu Mujiyati. Usianya 68 tahun, hidup sebatang kara di kamar kos sempit berukuran 2x3 meter. “Saya tidak punya rumah. Hidup saya hanya di sini, makan juga dari belas kasihan tetangga,” ucap Ibu Mujiyati dengan suara pelan. Kamar yang ia tinggali tak layak disebut rumah, tapi menjadi tempat berlindung dari terik dan hujan. Namun, dengan bantuan Baznas, setidaknya ia bisa bernapas lebih lega untuk beberapa waktu ke depan.
Lalu ada Ibu Sriati, yang usianya tak jauh berbeda, 67 tahun. Sama seperti Ibu Mujiyati, Ibu Sriati juga hidup sendirian, tanpa anak ataupun saudara. Hidupnya bergantung pada bantuan tetangga dan kemurahan hati orang-orang di sekitarnya. “Kos ini sudah lama saya tinggali, tapi rasanya saya tetap tidak punya tempat yang bisa disebut rumah,” katanya lirih, seraya menerima bantuan dengan mata berkaca-kaca.
Distribusi juga diberikan kepada Ibu Kasih, serta Ibu Imrotul Muslimah yang telah berpulang beberapa waktu lalu. Bantuan untuk Ibu Imrotul diterima oleh anaknya yang kini juga hidup sendiri, tanpa saudara. Setiap bantuan yang disalurkan mengingatkan kita bahwa hidup di dunia ini tidak hanya tentang apa yang kita miliki, tetapi juga tentang bagaimana kita memberi.
Mulyono, staf pelaksana Baznas, memimpin distribusi bantuan hari itu. “Kami berharap bantuan ini bisa meringankan beban para ibu yang selama ini hidup dengan kesulitan. Meski kecil, kami ingin memberikan harapan bahwa mereka tidak sendirian,” ujarnya. Tugas yang dijalani dengan penuh ketulusan, ia sadar bahwa bantuan ini mungkin tidak akan menyelesaikan semua masalah, tetapi setidaknya memberikan sedikit jeda dari kerasnya hidup.
Kegiatan distribusi semacam ini seolah menjadi napas panjang di tengah krisis kehidupan para penerima manfaat. Ibu-ibu yang sebatang kara, tanpa rumah yang layak, hanya menggantungkan diri pada orang lain, kini bisa sedikit tenang. Bukan soal besar atau kecilnya bantuan, tapi tentang bagaimana kasih masih bisa hadir di antara kita, bahkan dalam bentuk yang paling sederhana.
Ketika Ibu Mujiyati berbicara, tak ada keluhan. Hanya syukur. “Saya hanya bisa terima kasih. Ini sudah sangat berarti,” katanya, menutup percakapan dengan senyum yang tak bisa ditafsirkan, antara lega dan haru.
Distribusi Baznas di Lemah Putro menjadi pengingat bahwa sekecil apapun tindakan, bisa membawa harapan bagi mereka yang hampir tak memiliki apa-apa.