Foto Bersama
BAZNAS Sidoarjo Berkomitmen Dukung Program Santri Sehat di Sidoarjo
27/08/2025 | sudrabSidoarjo, 27 Agustus 2025 — Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Sidoarjo menyatakan komitmen kuat dalam mendukung kesehatan santri di lingkungan pondok pesantren. Dukungan ini disampaikan dalam Musyawarah Masyarakat Pondok Pesantren (MMPP) yang digelar di Aula Puskesmas Buduran, Rabu (27/8), sebagai bagian dari program SAJADAH (Santri Jatim Sehat dan Berkah) yang digagas Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Acara dihadiri oleh perwakilan Puskesmas pembina, pengelola pondok pesantren, perangkat desa, serta lembaga filantropi dan lintas sektor terkait.
Pada sesi diskusi musyawarah, Kasi Pondok Pesantren Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Sidoarjo, DR. Solahuddin, menekankan pentingnya kolaborasi antara lembaga keagamaan dan kesehatan. “Santri harus tumbuh tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga sehat jasmani dan mental. Untuk itu, Kemenag siap bersinergi dengan Dinas Kesehatan, BAZNAS, dan semua pihak guna mendorong terbentuknya Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) dan penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) secara konsisten di setiap pondok,” ujarnya.
Hasil Screening Mawas Diri (SMD) dari lima pondok pesantren—PP Nurur Rohman, PP Al Huda, PP Darul Mubarok, PP Al Makky, dan PP Tahfidzul Qur’an Utrujjah—mengungkap sejumlah tantangan kesehatan yang dihadapi santri. Di PP Nurur Rohman, meski PHBS tergolong baik, masih ditemukan santri dengan gangguan refraksi mata dan perubahan emosional. PP Al Huda mencatat tingginya angka anemia pada santri putri (30%) dan 23% santri mengalami gangguan penglihatan. Sementara itu, PP Darul Mubarok menghadapi persoalan besar dengan prevalensi scabies mencapai 41,66%, diduga kuat akibat kurangnya edukasi kebersihan perorangan dan sanitasi lingkungan.
Di PP Al Makky, 26,4% santri mengalami gangguan refraksi, dan nyeri lambung menjadi keluhan utama, terkait konsumsi makanan pedas. Sementara PP Tahfidzul Qur’an Utrujjah menunjukkan kondisi yang memprihatinkan: 43,8% santri mengalami gangguan penglihatan, 15,6% mengalami obesitas, dan pengetahuan tentang HIV/AIDS masih 0%. Cakupan BPJS Kesehatan di pondok ini juga belum tercapai sama sekali.
dr. Inensia, Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo, menegaskan bahwa data SMD menjadi dasar penting untuk intervensi yang tepat. “Kami tidak bisa bekerja sendiri. Dukungan dari BAZNAS, Kemenag, CSR, dan lembaga filantropi sangat krusial untuk memperbaiki fasilitas sanitasi, menyediakan kacamata, dan memberikan edukasi gizi seimbang. Pesantren adalah miniatur masyarakat, maka penanganannya harus holistik.”
Para pengelola pondok menyambut positif kolaborasi ini. “Kami sering kesulitan membiayai kebutuhan kesehatan santri, terutama yang butuh alat bantu atau rujukan. Dengan keterlibatan BAZNAS dan lembaga filantropi, harapan untuk pesantren yang lebih sehat semakin nyata,” ujar salah satu pimpinan pondok.
Dengan komitmen bersama dan pendekatan berbasis data, program Santri Sehat di Sidoarjo mulai menemukan jalannya. Dari musyawarah di aula puskesmas hingga tindakan nyata di asrama pesantren, harapan terwujudnya generasi santri yang qawi al-jism (kuat jasmani) dan qawi al-iman (kuat iman) kini bukan sekadar cita-cita.
