Ngobrol bareng Penderita TBC PKM Krian
Langkah Bersama Mengatasi TBC: Merangkul yang Sakit, Menguatkan yang Lemah
14/11/2024 | adminSiang itu,14 November 2024 di sudut sebuah balai kecil PKM Krian, Abdul Ghoni, staf pelaksana Baznas Sidoarjo, duduk bersama dalam lingkaran yang sederhana tapi penuh makna. Bersamanya ada , sebut saja Bapak “Budi”, seorang warga Desa Sedangan, Mijen, Krian, yang sedang berjuang melawan TBC. Turut hadir pula istri Bapak Budi, dr. Ratna dari Pusat Kesehatan Masyarakat (PKM) Krian, dan salah satu kader kesehatan Krian yang setia mendampingi. Hari ini, mereka datang bukan sekadar untuk berbincang, tetapi untuk memahami lebih dalam dan memberi harapan.
Pagi itu, udara terasa sedikit lebih segar, seakan alam pun ikut merangkul mereka dalam semangat kebersamaan. Abdul Ghoni membuka percakapan dengan nada lembut tapi penuh ketegasan. Dalam pembicaraan itu, ia menjelaskan kepada Bapak “budi” dan keluarga tentang tantangan besar dari proses penyembuhan TBC. Penyakit ini, katanya, bukan hanya menuntut keteguhan hati, tetapi juga "ke istiqomahan"—sebuah konsistensi untuk terus menjalani pengobatan, tanpa patah semangat, dan tanpa putus asa.
Bapak “Budi” mendengarkan dengan penuh perhatian, sesekali menatap istrinya yang duduk di sampingnya. Ini bukan perjalanan yang mudah bagi mereka. Sebagai keluarga dengan sumber daya terbatas, mereka membutuhkan dukungan yang lebih dari sekadar nasihat medis. Di sinilah Baznas Sidoarjo hadir, mengulurkan tangan dengan memberikan bantuan non-medis yang diharapkan bisa meringankan beban keluarga Bapak Budi selama proses penyembuhan ini.
Baznas Sidoarjo, yang juga bagian dari TP2TBC (Tim Percepatan Penanggulangan TBC) Kabupaten Sidoarjo, berkomitmen untuk ikut berperan aktif dalam program ambisius pemerintah, yaitu eliminasi TBC pada tahun 2028. Ini bukan sekadar target angka, tapi cita-cita besar untuk melihat warga Sidoarjo terbebas dari penyakit yang merenggut banyak harapan. Abdul Ghoni dan tim di lapangan bekerja keras memastikan bahwa bantuan ini tepat sasaran dan benar-benar bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Hari itu, dengan duduk bersila di lantai kayu, mereka berdiskusi panjang lebar. Abdul Ghoni menjelaskan rencana bantuan dari Baznas yang akan disinergikan dengan pengobatan medis dari PKM. Bantuan non-medis ini, dan dukungan lainnya, diharapkan dapat memperkuat tubuh Bapak Budi, agar ia lebih tahan dalam menjalani pengobatan yang tak sebentar.
Kehadiran dr. Ratna dan kader kesehatan Krian menjadi bukti bahwa upaya ini adalah kolaborasi. Tak hanya pemerintah, masyarakat, dan Baznas yang berperan, tapi setiap individu di lingkaran kecil itu memiliki tugas yang saling melengkapi. Dalam kesederhanaan percakapan mereka, terlihat harapan dan keyakinan bahwa dengan kerja sama yang baik, impian untuk menghapuskan TBC dari bumi Sidoarjo akan terwujud.
Di akhir pertemuan, Bapak Budi dan keluarganya tampak lebih tenang. Mungkin bukan hanya karena bantuan yang akan mereka terima, tetapi juga karena mereka merasa ditemani dalam perjuangan yang berat ini. Bagi mereka, bantuan Baznas bukan sekadar materi; ini adalah dukungan moral, sebuah pengingat bahwa di tengah segala keterbatasan, selalu ada yang peduli dan merangkul.
