Suasana Monitoring diteras langgar Waqof
Dari Kripik ke Kitab: Jejak Usaha dan Dakwah H. Zaini di Wilayut
09/11/2024 | adminSinar matahari pagi menyusup perlahan di Desa Wilayut, Kecamatan Sukodono, Sidoarjo. Pagi itu, 30 Oktober 2024, H. Zaini duduk santai di teras Langgar Wakaf miliknya. Di sela aktivitas produksi keripik gadung. Tak ada yang lebih berharga baginya selain berbagi ilmu dan membuka jalan bagi rezeki halal. Hari itu berbeda, ia tak hanya menyambut para santri kecilnya, tetapi juga rombongan dari BAZNAS Sidoarjo yang hadir untuk melakukan monitoring bantuan usahanya.
Para tamu yang hadir pagi itu terlihat akrab dengan suasana pedesaan yang tenang. Achmad Saleh dan M. Ilhaminudin, Wakil Ketua III dan IV BAZNAS Sidoarjo, datang dengan didampingi tim pelaksana BAZNAS serta beberapa dosen dari LPPM Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA). Mereka duduk santai, berbincang akrab dengan H. Zaini yang mengenakan baju sederhana namun penuh wibawa. Di depannya, produk-produk keripik gadung dengan merek “Karapan Sapi” tertata rapi, siap untuk dipasarkan ke berbagai warung kopi di sekitar Sukodono.
H. Zaini bukan sekadar pengusaha kripik biasa. Pria asal Madura ini memiliki dua peran utama dalam hidupnya—sebagai ustadz dan pengusaha. Ia berhasil membawa produk keripik gadungnya masuk ke lebih dari 40 warung kopi (warkop) di wilayah Sukodono. Awalnya, ia hanya memproduksi kripik gadung ketika ada bahan baku. Namun, sejak mengikuti pelatihan yang diadakan UMSIDA beberapa waktu lalu, ia mulai belajar strategi baru: tidak menggantungkan produksi hanya pada satu jenis bahan baku. Kini, emping melinjo juga mulai menghiasi produknya.
Pagi itu, H. Zaini bercerita kepada rombongan BAZNAS dan LPPM UMSIDA tentang perjalanannya merintis usaha. “Dulu, saya hanya produksi saat bahan gadung tersedia. Tapi sekarang, saya lebih siap dengan berbagai opsi bahan baku. Ini hasil dari pelatihan kemarin. Kalau satu bahan bermasalah, kita punya alternatif lain,” ujarnya sembari menunjukkan tumpukan emping melinjo di sudut langgar. Pembicaraan terus mengalir, mencampur aduk kisah usaha dan dakwah dalam satu cerita penuh inspirasi.
Para tamu terlihat antusias mendengarkan kisahnya. Mereka tak hanya datang untuk meninjau perkembangan usaha, tetapi juga memberi dukungan moral dan bimbingan. Achmad Saleh, salah satu perwakilan BAZNAS, mengungkapkan bahwa mereka ingin memastikan bantuan yang diberikan benar-benar mampu memberdayakan penerima. “Kami ingin mendampingi, bukan hanya sekadar memberikan modal. Harapannya, usaha seperti milik Pak Zaini ini bisa menginspirasi yang lain untuk berdikari,” ujarnya dengan penuh keyakinan.
Tak lama kemudian, tim BAZNAS dan LPPM UMSIDA melanjutkan sesi monitoring mereka, mencatat perkembangan yang sudah dicapai H. Zaini dan mendiskusikan beberapa strategi pemasaran ke depan. Bagi H. Zaini, usaha ini bukan sekadar mencari keuntungan, tetapi lebih pada keberkahan. Setiap helai keripik gadung yang ia goreng dan bungkus, setiap emping melinjo yang ia siapkan, adalah doa yang ia titipkan. Doa agar usahanya bisa terus berkembang, dan berkahnya mengalir kepada banyak orang.
Ketika siang menjelang, rombongan pun pamit. H. Zaini kembali ke rutinitasnya, menyiapkan bahan-bahan untuk produksi sore hari. Namun, baginya, kehadiran tamu-tamu dari BAZNAS dan UMSIDA meninggalkan jejak yang mendalam. Ia tersenyum dalam hati, merasa semakin kuat dan yakin akan langkahnya. Karena baginya, usaha dan dakwah tak pernah bisa dipisahkan. Mereka adalah jalan menuju berkah, diiringi doa yang mengalir dalam setiap aktivitas sehari-harinya.