Gayeng, dialog tim pembina dan pengawas Program Kesga & Gizi
Bersama, Kita Perangi Gizi Buruk
18/11/2024 | adminDi bawah sinar matahari pagi yang hangat, Tim Pembina dan Pengawasan Program Kesehatan Keluarga dan Gizi (TP3 Kesga & Gizi) Kabupaten Sidoarjo memulai langkah besar di Desa Sido Kepung, pada 18 November 2024. Hari pertama pelacakan rawan gizi ini menjadi bukti nyata perhatian pemerintah terhadap kesehatan anak-anak bangsa, khususnya di daerah yang rawan gizi. Baznas Sidoarjo pun mengambil peran penting, menjadi bagian dari solusi dengan memberikan paket sembako bagi keluarga terdampak.
Di salah satu sudut rumah kecil itu, tim bertemu Qonita, balita berusia 14 bulan, anak ketiga dari pasangan Pak Catur dan Ibu Suyatni. Ayahnya seorang pengemudi ojek online, sedang ibu penuh perhatian, menatap lirih tim yang datang membawa harapan. “Kami tahu tantangannya berat. Tapi, Baznas tidak hanya hadir dengan paket sembako, kami juga hadir dengan harapan dan solusi,” ujar Ahmad Hamdani, staf pelaksana Baznas Sidoarjo, dengan suara mantap.
Berlanjut ke Jambe Banjar Kemantren, Rayhan, seorang anak empat tahun, duduk di pangkuan ayahnya, Pak Sugianto. Sebagai seorang office boy di perusahaan peti kemas, Pak Sugianto berusaha keras mencukupi kebutuhan keluarganya. “Setiap anak adalah aset bangsa. Mereka harus sehat dan kuat,” kata seorang petugas puskesmas yang turut hadir, memastikan Rayhan mendapat perhatian medis yang layak.
Kemudian, di Mantren, Banjar Kemantren, Altar Alfa Rizqi, balita 19 bulan, menyambut tim dengan senyum kecilnya. Anak dari pasangan Agus Susanto, seorang kernet bus, dan Juwariyah, terlihat ceria meski kondisi gizinya memprihatinkan. “Kami mengerti bahwa keterbatasan ekonomi adalah tantangan besar. Tapi kami ingin hadir sebagai pendamping, bukan sekadar pemberi bantuan,” tambah Hamdani.
Tim juga beranjak ke Tebel, Gedangan, bertemu dengan Arsyila Qiana Ramadhani, bayi delapan bulan yang sempat mengalami kesulitan kesehatan karena ibunya, Sumiarsih, menderita asma saat hamil. Lalu ke Ganting, Gedangan, ada Aghniya Bilqis Nur Salsabila, bayi ceria lainnya, anak dari seorang buruh pabrik kayu di Mojokerto, yang kini tengah berjuang mengejar kondisi kesehatan ideal.
“Kerja bersama seperti ini menunjukkan bahwa kita mampu melawan gizi buruk. Ini bukan hanya tugas pemerintah, tapi tugas semua pihak, termasuk masyarakat,” Ahmad Hamdani menegaskan, semangat terpancar dari raut wajahnya. Di tengah-tengah pendataan dan pemeriksaan, ia menambahkan bahwa Baznas tak hanya hadir sekali. “Kami akan memastikan pendampingan berkelanjutan, karena perubahan besar memerlukan langkah kecil yang konsisten.”
Hari itu bukan sekadar tentang pemberian sembako atau pemeriksaan kesehatan. Ini adalah awal dari perjuangan bersama. Di setiap desa yang dikunjungi, ada cerita perjuangan, ada harapan, dan ada tangan-tangan yang berusaha saling menguatkan. Di bawah payung sinergi pemerintah, Baznas, dan masyarakat, langkah-langkah kecil ini mungkin akan menjadi awal untuk perubahan besar. Bersama, kita perangi gizi buruk!