WhatsApp Icon

Jejak Hati Amil BAZNAS Sidoarjo: Ketika Kursi Roda Menjadi Jembatan Harapan

Jejak-Hati-Amil-BAZNAS-Sidoarjo-Ketika-Kursi-Roda-Menjadi-Jembatan-Harapan

29/07/2025  |  Penulis: sudrab

Bagikan:URL telah tercopy
Jejak Hati Amil BAZNAS Sidoarjo: Ketika Kursi Roda Menjadi Jembatan Harapan

Penyaluran Bantuan

Sidoarjo - "Ada momen ketika hati berbicara lebih keras dari segala protokol," kenang Rita Defani, amil BAZNAS Kabupaten Sidoarjo, saat menceritakan perjalanannya yang tak terlupakan pada Selasa, 29 Juli 2025. Bersama Hafidz Syaifuddin dan dua mahasiswa magang, Raisa serta Gea, ia memulai hari dengan misi yang sederhana namun penuh makna: menyalurkan bantuan kepada mereka yang membutuhkan.

Tetesan Keikhlasan di Desa Wage

Pukul 10.05 WIB, langkah pertama Rita membawanya ke sebuah rumah sederhana di Desa Wage, Kecamatan Taman. Di sana, ia bertemu dengan Bu Mustiah, seorang perempuan berusia 69 tahun yang memancarkan ketabahan meski didera berbagai cobaan hidup.

"Ketika saya melihat Bu Mustiah merawat Deny Pramono, putranya yang mengalami disabilitas sejak kecelakaan 2010, hati saya tersentuh mendalam," ungkap Rita dengan mata berkaca-kaca. "Bagaimana tidak, sang istri telah pergi, namun kasih ibu tak pernah surut."

Yang paling mengharukan bagi Rita adalah menyaksikan bagaimana tetangga sekitar dengan tulus membantu kebutuhan makan sehari-hari keluarga kecil ini. "Inilah wajah Indonesia yang sesungguhnya," katanya. "Di tengah kesulitan, masih ada tangan-tangan yang terulur dengan ikhlas."

Rita menyerahkan kursi roda yang sangat dibutuhkan oleh Deny Pramono. "Bukan sekadar alat bantu," refleksinya, "tapi simbol harapan untuk kembali merasakan dignitas dan kemandirian."

Inspirasi dari Desa Waru

Perjalanan kedua membawa Rita ke Desa Waru pukul 10.51 WIB, tempat ia bertemu dengan sosok yang mengubah perspektifnya tentang keterbatasan. Bapak Mujiadi, penyandang disabilitas pada kedua kaki, telah menjalankan usaha jahit sejak 2010 dengan omset bulanan mencapai satu juta rupiah.

"Subhanallah, saya yang normal saja kadang mengeluh, tapi beliau dengan keterbatasan fisik justru menginspirasi," cerita Rita sambil mengagumi semangat Pak Mujiadi. "Tangan-tangannya yang terampil menjahit tidak hanya kain, tapi juga harapan untuk keluarganya."

Kehadiran Pak Slamet selaku Sekdes turut memperkuat momen bersejarah ini, menunjukkan sinergi antara BAZNAS dan pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat.

Refleksi Seorang Amil

Sepulang dari perjalanan yang menguras emosi, Rita merenungkan makna di balik setiap langkah yang dilaluinya. "Hari ini saya belajar bahwa memberikan bantuan bukan hanya tentang menyerahkan materi," katanya. "Tapi tentang menyalurkan harapan, mengakui perjuangan, dan membangun jembatan kemanusiaan."

Bagi Rita, melibatkan mahasiswa magang seperti Raisa dan Gea dalam kegiatan ini memiliki nilai edukatif yang luar biasa. "Mereka bisa belajar langsung tentang realitas kehidupan dan pentingnya kepedulian sosial," jelasnya.

Dua kontras yang ia temui hari itu - keluarga Bu Mustiah yang membutuhkan dukungan penuh, dan Pak Mujiadi yang menunjukkan kemandirian luar biasa - memberikan pembelajaran berharga bahwa setiap bantuan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan potensi masing-masing penerima.

"BAZNAS bukan hanya penyalur bantuan," tutup Rita dengan penuh keyakinan, "tapi mitra dalam membangun kehidupan yang bermartabat bagi seluruh masyarakat."

Bagikan:URL telah tercopy
Info Rekening Zakat

Info Rekening Zakat

Mari tunaikan zakat Anda dengan mentransfer ke rekening zakat.

BAZNAS

Info Rekening Zakat