Berita Terbaru
Memaknai Zakat Lebih Dalam: Bukan Sekadar Kewajiban, Tapi Jalan Menuju Berkah
Pernahkah kamu merasa hidupmu tak tenang, rezekimu terasa seret, atau hatimu gundah tanpa alasan yang jelas? Seringkali, kita mencari jawaban di tempat yang jauh, padahal kuncinya mungkin ada di dalam diri kita sendiri, tepatnya dalam pemenuhan kewajiban zakat.
Bukan hanya sekadar perintah agama, zakat menyimpan makna yang mendalam dan penuh hikmah. Lebih dari sekadar berbagi, zakat adalah wujud nyata dari kepedulian dan keikhlasan. Mari kita selami lebih dalam empat makna zakat yang mungkin belum pernah kamu sadari.
1. Zakat Bermakna Al-Barakatu (Berkah)
Hidup ini adalah tentang keberkahan. Kita semua mendambakan rezeki yang tidak hanya cukup, tapi juga membawa ketenangan. Zakat mengajarkan bahwa keberkahan itu tidak datang dari seberapa banyak yang kita miliki, melainkan dari seberapa suci harta yang kita gunakan. Ketika kita menunaikan zakat, kita membersihkan harta dari hak orang lain yang mungkin ada di dalamnya. Harta yang bersih dan suci itulah yang kemudian menjadi ladang keberkahan, membawa kedamaian dan ketenteraman dalam hidup kita. Ini bukan tentang matematika, melainkan tentang keimanan. Ketika kita melepaskan sebagian, Allah akan melipatgandakan berkahnya dalam bentuk yang tak terduga.
2. Zakat Bermakna An-Numuw (Tumbuh dan Berkembang)
Seringkali, kita khawatir berbagi akan mengurangi apa yang kita punya. Padahal, zakat adalah kebalikannya. Zakat justru membuat harta kita tumbuh dan berkembang. Logikanya mungkin terdengar aneh, tapi percayalah, ini adalah janji-Nya. Harta yang kita keluarkan untuk zakat akan kembali dalam bentuk lain yang jauh lebih baik. Ini adalah investasi jangka panjang, bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat. Harta yang terus bertumbuh akan membebaskan kita dari jerat kekhawatiran finansial dan membuka pintu rezeki yang tak pernah kita bayangkan sebelumnya.
3. Zakat Bermakna As-Sholahu (Beres atau Keberesan)
Pernahkah kamu mendengar kisah seseorang yang rezekinya berantakan karena lupa menunaikan zakat? Ini bukanlah kebetulan. Zakat adalah penjamin keberesan dalam hidup. Harta yang kita bersihkan melalui zakat akan dijauhkan dari berbagai masalah. Zakat berfungsi sebagai perisai, melindungi kita dari berbagai masalah finansial yang mungkin timbul akibat kelalaian kita. Sebaliknya, saat kita menunaikan zakat, kita justru membuka jalan untuk kelancaran rezeki di kemudian hari. Ini adalah pengingat bahwa ketenangan dan kelancaran hidup datang dari ketaatan kita.
4. Zakat Bermakna At-Thohuru (Membersihkan atau Menyucikan)
Zakat tidak hanya membersihkan harta, tapi juga menyucikan jiwa. Saat kita memberi, terutama bukan karena ingin dipuji manusia, tapi semata-mata mengharap ridho-Nya, jiwa kita akan terasa ringan dan bersih. Zakat ibarat pembersih yang menghilangkan kotoran keserakahan dan egoisme dari hati kita. Ini adalah bukti bahwa kita tidak terikat pada harta benda, melainkan menganggapnya sebagai titipan yang harus disalurkan dengan benar. Harta yang bersih akan membawa kebaikan, dan jiwa yang suci akan membawa kebahagiaan.
Zakat, pada dasarnya, adalah sebuah ritual spiritual yang mengubah sudut pandang kita terhadap kekayaan. Ia mengajarkan kita untuk tidak hanya mengumpulkan, tapi juga memberi. Ia mengingatkan kita bahwa di setiap rezeki yang kita dapat, ada hak orang lain yang harus ditunaikan.
Jadi, jangan pernah ragu untuk menunaikan zakat. Karena zakat adalah jalan menuju keberkahan, pertumbuhan, ketenangan, dan kesucian. Sudahkah kamu menunaikan zakat hari ini?
Jika kamu ingin menunaikan zakat, kamu bisa melakukannya dengan mudah melalui BAZNAS.
Bagaimana menurutmu? Adakah makna zakat lain yang kamu rasakan dalam hidupmu?
Sumber : Baznas RI
22/09/2025 | admin
Maulid Nabi: Manifestasi Cinta dalam Sedekah dan Kebajikan
Perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW atau yang populer disebut maulid di bulan Rabiul Awal telah menjadi tradisi yang mengakar kuat dalam kehidupan umat Islam di seluruh dunia. Dari pelosok desa hingga metropolitan, dari Indonesia hingga berbagai belahan dunia lainnya, peringatan ini dilaksanakan sebagai wujud ekspresi cinta dan kegembiraan atas kelahiran sosok yang dijuluki sebagai manusia terbaik dan teladan sepanjang zaman.
Namun, di tengah maraknya perayaan maulid yang sering kali terjebak pada aspek seremonial semata, penting untuk menggali kembali substansi sejati dari tradisi ini. Sebagaimana disampaikan oleh KH Abdurrahman Kautsar (Gus Kautsar) dari Pondok Pesantren Al-Falah Kediri dalam ceramahnya di Desa Semen, Gandusari, Kabupaten Blitar pada 27 Agustus lalu, perayaan maulid yang selaras dengan paham Ahlussunah wal-Jamaah memiliki landasan teologis yang kuat dan dimensi sosial yang mendalam.
Rujukan yang disampaikan Gus Kautsar kepada pandangan Imam Abu Syamah dalam kitab "Al-Ba'its 'ala Inkar al-Bida' wal-'Aw?'id" memberikan perspektif akademis yang mencerahkan. Imam Shihabuddin Abu al-'Abbas Ahmad ibn 'Abd al-Rahman al-Maqdisi al-Syafi'i ini, yang hidup pada abad ke-6 Hijriah, memberikan legitimasi ulama terhadap praktik maulid yang dilakukan di Kota Irbil pada zamannya. Pernyataannya bahwa perayaan tersebut termasuk "perbuatan terbaik pada zaman ini" bukanlah endorsement tanpa dasar, melainkan penilaian komprehensif terhadap praktik yang mencakup sedekah, kebajikan, dan kegembiraan.
Yang menarik dari pandangan Imam Abu Syamah adalah penekanannya pada tiga dimensi fundamental dalam perayaan maulid. Pertama, aspek sedekah yang menunjukkan kepedulian konkret terhadap kesejahteraan sosial. Kedua, praktik berbuat baik yang merefleksikan internalisasi nilai-nilai akhlak mulia yang diajarkan Nabi. Ketiga, dimensi kegembiraan sebagai manifestasi syukur atas nikmat terbesar yang Allah berikan kepada umat manusia melalui pengutusan Rasulullah SAW.
Ketiga elemen ini seharusnya menjadi parameter utama dalam menilai kualitas perayaan maulid. Bukan kemegahan acara atau kemeriahan pertunjukan yang menjadi tolok ukur, melainkan seberapa jauh perayaan tersebut mampu menghadirkan dampak positif bagi masyarakat, khususnya kelompok marginal dan mustahik. Dalam konteks ini, sedekah dan kebajikan bukan sekadar ritual pelengkap, tetapi substansi inti yang membedakan maulid dari perayaan sekular biasa.
Argumentasi Imam Abu Syamah juga menekankan dimensi psikologis dan spiritual dari perayaan maulid. Bahwa praktik ini "mush'irrun bi-ma?abbatin-nab? wa ta'??mihi f? qalbi f?'ilihi" - menunjukkan cinta dan pengagungan terhadap Nabi dalam hati pelakunya. Ini mengindikasikan bahwa maulid yang otentik harus lahir dari motivasi cinta yang tulus, bukan sekadar rutinitas tahunan yang hampa makna.
Lebih lanjut, dimensi teologis yang ditekankan adalah "shukri All?hi 'al? m? mann? bihi min iij?di ras?lihi alladh? arsalahu ra?matan lil-'?lam?n" - ungkapan syukur kepada Allah atas anugerah diciptakannya Rasul yang diutus sebagai rahmat bagi seluruh alam. Frasa "ra?matan lil-'?lam?n" menjadi kunci penting yang menunjukkan bahwa misi Nabi Muhammad bersifat universal, tidak terbatas pada umat Islam semata, tetapi membawa berkah bagi seluruh umat manusia.
Dalam konteks Indonesia kontemporer, pandangan Imam Abu Syamah ini memberikan framework yang solid untuk mengevaluasi praktik maulid yang berkembang di masyarakat. Perayaan yang sejati seharusnya tidak terjebak pada polarisasi antara yang pro dan kontra maulid, melainkan fokus pada substansi: bagaimana perayaan tersebut mampu menghadirkan dampak positif bagi masyarakat dan merefleksikan nilai-nilai rahmatan lil-'alamin yang dibawa Nabi Muhammad.
Oleh karena itu, maulid yang bermakna adalah yang mampu mentransformasikan cinta kepada Nabi menjadi aksi nyata dalam bentuk kepedulian sosial, pemberdayaan ekonomi umat, dan penguatan solidaritas kemanusiaan. Hanya dengan demikian, perayaan maulid dapat memenuhi kriteria "perbuatan terbaik" sebagaimana yang diamini oleh para ulama salaf, sekaligus menjadi media efektif untuk menyebarkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil-'alamin di era modern ini.
Wallahua'alam bisshawab
01/09/2025 | admin
Sudah Wajib Zakat Penghasilan? Cek 5 Syarat Ini, Lalu Bayar dengan Mudah!
Zakat penghasilan sering dianggap rumit. Ada yang bilang, "Zakat itu buat yang kaya-kaya aja," ada pula yang bingung: "Saya kerja kantoran, apakah harus bayar zakat?"
Padahal, zakat penghasilan itu sederhana, jelas, dan mudah ditunaikan — asal tahu syarat dan caranya.
Yuk, simak panduan ringan ini agar kamu bisa cepat paham, cepat hitung, dan cepat bayar zakat lewat saluran digital BAZNAS Sidoarjo!
? 5 Syarat Wajib Zakat Penghasilan (Harus Kamu Tahu!)
Sebelum bayar, pastikan kamu benar-benar wajib zakat. Berikut 5 syaratnya:
Muslim
Zakat hanya wajib bagi umat Islam.
Merdeka (bukan budak atau terikat secara hukum)
Status bebas, bisa mengelola harta sendiri.
Penghasilan mencapai nishab
Nishab = 85 gram emas per tahun.
Jika penghasilan bersihmu dalam setahun setara atau lebih dari harga 85 gram emas → wajib zakat.
Contoh:
Harga emas per gram: Rp1.200.000
→ 85 × 1.200.000 = Rp102.000.000
Jika penghasilan bersihmu ≥ Rp102 juta/tahun → wajib zakat.
Harta mencapai haul (1 tahun hijriah)
Sudah dimiliki selama 1 tahun hijriah (±354 hari).
Misal: Kamu mulai dapat gaji tetap sejak Januari 2024 → haul-nya selesai Desember 2024.
Harta bersifat produktif
Gaji, honor, atau penghasilan rutin termasuk dalam kategori ini.
???? Jika semua syarat terpenuhi, maka kamu wajib zakat 2,5% dari penghasilan bersih per tahun.
???? Cara Hitung Zakat Penghasilan (Gampang Banget!)
Gunakan rumus sederhana:
Zakat = 2,5% × Penghasilan Bersih per Tahun
Contoh:
Penghasilan bersih per tahun: Rp150 juta
→ Zakat = 2,5% × 150.000.000 = Rp3.750.000
Boleh dibayar sekaligus, atau dicicil bulanan sebesar Rp312.500/bulan. Lebih ringan, kan?
???? Jangan Lupa Baca Niat!
Zakat adalah ibadah, bukan sekadar transaksi. Maka dari itu, niat harus hadir dari hati.
Baca niat sebelum bayar:
???????? ???? ???????? ??????? ?????? ???? ??????? ??????? ????? ????????
"Nawaitu an ukhrij zakata mali ‘an nafsi fardhan lillahi ta’ala."
(Saya berniat mengeluarkan zakat hartaku dari diriku sendiri, sebagai kewajiban karena Allah Ta’ala.)
???? Niat bisa dibaca di hati atau pelan-pelan di lisan. Yang penting: ikhlas dan sadar.
???? Bayar Zakat Sekarang, Cukup dari HP!
Tidak perlu repot antre atau datang ke kantor.
Kini, BAZNAS Sidoarjo menyediakan saluran digital yang aman, cepat, dan mudah digunakan.
Cara bayar zakat online:
Kunjungi website resmi:
???? kabsidoarjo.baznas.go.id/bayarzakat
Pilih jenis zakat: Zakat Penghasilan
Masukkan nominal zakat
Pilih metode pembayaran:
???? Bank Jatim | BCA | BSI | Bank Delta Artha | Bank Jatim Syariah
Selesaikan pembayaran
Dapatkan bukti pembayaran & e-sertifikat zakat langsung!
???? Kenapa Harus Bayar Zakat di BAZNAS Sidoarjo?
?? Lembaga resmi pemerintah ( Lembaga Pemerintah Non Struktural)
?? Transparan dan akuntabel
?? Dana zakat disalurkan untuk mustahik di Sidoarjo: fakir miskin, pelajar kurang mampu, dhuafa, dan program pemberdayaan
?? Ada dokumentasi & laporan penyaluran
???? Yuk, Tunaikan Zakatmu Hari Ini!
Zakat bukan beban. Ia adalah jalan membersihkan harta, menyucikan jiwa, dan membantu sesama.
Dengan satu klik, kamu bisa:
? Tunaikan kewajiban
? Dapatkan pahala
? Bantu warga Sidoarjo yang membutuhkan
???? Klik di sini untuk bayar zakat sekarang:
???? kabsidoarjo.baznas.go.id/bayarzakat
Atau kunjungi kami di media sosial dan klik bio untuk akses cepat!
26/08/2025 | Humas
Membangun Masa Depan dengan Teladan Rasul: Merenungkan Makna Rabiul Awal
Hari Senin Per 25 Agustus ini sudah memasuki bulan Rabiul Awal,Memperingati sejarah penting di bulan Rabiul Awal bukan hanya tentang mengenang masa lalu, tetapi juga membangun masa depan yang lebih baik dengan menjadikan Rasulullah SAW sebagai teladan utama. Setiap tahun, ketika bulan Rabiul Awal tiba, hati umat Islam seolah diajak berziarah melalui lorong waktu, menyusuri jejak-jejak monumental yang membentuk peradaban Islam. Bulan ini bukan sekadar penanda waktu dalam kalender Hijriah, melainkan sebuah fase yang di dalamnya terangkum tiga peristiwa dahsyat yang menjadi pilarnya sejarah Islam: kelahiran Sang Nabi Pencerah, hijrah yang mengubah peta peradaban, dan kepergian Sang Kekasih Tuhan. Ketiganya adalah trilogi peristiwa yang mengajarkan kita bahwa mencintai Rasulullah SAW tidak berhenti pada euforia perayaan, tetapi harus berlanjut pada internalisasi nilai-nilai luhur beliau dalam kehidupan nyata.
Kelahiran: Cahaya yang Menerangi Zaman Kegelapan
Kelahiran Nabi Muhammad SAW pada 12 Rabiul Awal Tahun Gajah (571 M) adalah peristiwa kosmik yang disambut oleh alam semesta. Riwayat-riwayat sejarah menceritakan berbagai irhasat (tanda-tanda kenabian) yang menyertainya; padamnya api sesembahan kaum Majusi yang telah menyala seribu tahun, runtuhnya beberapa istana Kisra di Persia, dan surutnya danau Saawah. Tanda-tanda ini bukanlah dongeng, tetapi simbol dari sebuah pesan Ilahi: bahwa kelahiran anak yatim dari keluarga Bani Hasyim ini akan menjadi pangkal dari runtuhnya sistem kezaliman dan kebodohan (jahiliyah).
Namun, esensi memperingati maulid bukanlah pada keajaiban-keajaiban tersebut. Esensinya terletak pada memahami misi yang dibawa oleh bayi yang lahir dalam keadaan yatim itu. Beliau datang dengan membawa risalah tauhid, membebaskan manusia dari penyembahan berhala—baik yang berbentuk patung maupun yang abstrak seperti hawa nafsu, keserakahan, dan penindasan. Dalam konteks kekinian, merayakan maulid adalah dengan menyalakan kembali cahaya itu dalam diri kita. Cahaya kejujuran di tengah maraknya korupsi, cahaya kasih sayang di tengah individualisme yang mendinginkan hubungan sosial, dan cahaya ilmu di tengah banjirnya informasi yang menyesatkan.
Hijrah: Momentum Membangun Peradaban Alternatif
Jika kelahiran Nabi adalah awal mula misi, maka hijrah adalah strategi besar untuk mewujudkan misi itu dalam sebuah tatanan masyarakat yang nyata. Peristiwa hijrah Rasulullah SAW dan Abu Bakar Ash-Shiddiq dari Makkah ke Madinah, yang juga terjadi pada Rabiul Awal, adalah sebuah masterclass dalam manajemen perubahan. Hijrah bukanlah pelarian, melainkan sebuah perjalanan terencana untuk membangun pusat peradaban baru (mad?nah al-munawwarah) yang berdiri di atas prinsip-prinsip keadilan, persaudaraan (ukhuwah), dan toleransi.
Pelajaran terbesar dari hijrah adalah tentang pentingnya menciptakan sistem yang baik. Di Madinah, Rasulullah SAW segera merumuskan Piagam Madinah, sebuah konstitusi pertama di dunia yang mengakui pluralitas dan menjamin hak-hak setiap warga, Muslim maupun non-Muslim. Inilah yang sering luput dari peringatan hijrah kita. Hijrah sering hanya dimaknai secara personal—meninggalkan maksiat menuju taat. Itu benar, tetapi tidak cukup. Hijrah juga harus dimaknai secara sosial, yaitu membangun sistem yang memudahkan kebaikan dan mempersulit kemungkaran.
Bagi kita hari ini, spirit hijrah harus mendorong kita untuk aktif dalam membangun komunitas yang lebih baik. Mulai dari lingkungan terkecil, seperti keluarga dan tetangga, hingga yang lebih besar seperti bangsa dan negara. Hijrah mengajarkan bahwa perubahan mustahil dilakukan sendirian. Butuh sinergi, seperti persaudaraan antara kaum Muhajirin dan Anshar. Butuh kepemimpinan yang visioner dan bijaksana, seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW.
Wafat: Warisan Abadi yang Harus Dijaga
Tanggal 12 Rabiul Awal juga menjadi saksi bisu peristiwa pilu: wafatnya Rasulullah SAW pada tahun 11 H. Peristiwa ini adalah ujian keimanan terberat bagi para sahabat. Bagaimana mungkin sang pembawa cahaya, sang pemimpin, sang kekasih hati telah tiada? Abu Bakar Ash-Shiddiq-lah yang dengan ketegaran imannya mengingatkan semua dengan firman Allah, “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa rasul.” (QS. Ali Imran: 144).
Kepergian Rasulullah SAW justru menegaskan satu hal: bahwa misi Islam telah sempurna (QS. Al-Maidah: 3). Tugas umatnya bukan lagi menunggu wahyu, tetapi mengamalkan dan menyebarkan wahyu yang telah diturunkan. Kematian beliau adalah pengingat bahwa kepemimpinan dan estafet perjuangan ada di pundak umatnya. Segera setelah wafatnya beliau, para sahabat bermusyawarah dan menunjuk Abu Bakar sebagai khalifah, menjamin keberlanjutan dakwah.
Ini pelajaran tentang pentingnya menjaga warisan (ats-tsaq?fah al-isl?miyyah). Warisan Nabi bukan hanya harta, tetapi Al-Qur’an dan As-Sunnah. Di era diuring arus globalisasi dan budaya yang begitu kuat, memperingati wafatnya Nabi adalah dengan komitmen untuk mempelajari, memahami, dan melestarikan ajaran beliau dengan benar, menjaganya dari penyimpangan dan distorsi.
Rabiul Awal di Era Kini: Dari Ritual Menuju Aksi
Lalu, bagaimana seharusnya kita menyambut Rabiul Awal di zaman now? Peringatan ini harus kita evolusi dari sekadar ritual seremonial menjadi gerakan aksi nyata.
Pertama, Gerakan Literasi Nabi. Banyak dari kita mencintai Nabi, tetapi tidak mengenal beliau dengan baik. Mari isi Rabiul Awal dengan membaca sirah nabawiyah, mengkaji kepemimpinannya, keteladanannya dalam berumah tangga, dan strategi dakwahnya.
Kedua, Menebar Kasih Sayang (rahmah). Rasulullah diutus sebagai rahmatan lil ‘alamin. Peringatan maulid harus terwujud dalam aksi-aksi kedermawanan, menolong yang lemah, menyantuni anak yatim, dan membantu sesama tanpa memandang suku dan agama.
Ketiga, Memperkuat Ukhuwah. Seperti yang dilakukan Nabi di Madinah, bulan ini harus menjadi momentum untuk merajut kembali persaudaraan yang mungkin retak, menghilangkan prasangka, dan bersatu padu untuk kebaikan bersama.
Dengan demikian, Rabiul Awal menjadi bulan yang hidup dan bermakna. Ia menjadi milestone untuk melakukan muhasabah diri: sejauh mana kita telah meneladani Akhlakul Karimah beliau? Sejarah penting di bulan Rabiul Awal adalah sebuah narasi agung yang menuntut kita bukan hanya untuk menjadi penonton yang terkagum-kagum, tetapi menjadi aktor yang melanjutkan cerita tersebut dengan chapter baru yang gemilang. Marilah kita jadikan teladan Rasulullah sebagai blueprint untuk membangun peradaban kita hari ini dan masa depan.sumber: baznas.go.id
25/08/2025 | Humas
Merdekakan Hartamu Dengan Berzakat
SUATU ketika, sebuah desa mengalami musim kemarau yang panjang, mengakibatkan banyak petani lain kesulitan dan kehilangan hasil panen. Namun, ditengah musim kemarau tersebut terdapat seorang petani dermawan. Petani tersebut tetap memiliki cukup hasil panen berkat zakat yang ia tunaikan sebelumnya. Ia memutuskan untuk membagikan sebagian dari hasil panennya kepada tetangga-tetangganya yang membutuhkan. Tindakan petani tersebut secara tidak sengaja memperkuat ‘ekonomi dan sosial’ masyarakat desa yang kala itu mengalami kegagalan panen.
Kisah ini menunjukkan bahwa zakat tidak hanya berfungsi untuk membersihkan harta, tetapi juga sebagai sarana untuk menciptakan solidaritas dan kepedulian sosial. Dengan menunaikan zakat, seseorang dapat merasakan kebahagiaan dan kepuasan batin karena telah membantu sesama. Selain itu, zakat juga menjadi sarana menciptakan kepedulian sosial yang berujung kepada tujuan pengentasan kemiskinan dan kesulitan umat. Hikmah zakat ini mengajarkan kita bahwa berbagi dan peduli terhadap orang lain adalah bagian penting dari kehidupan yang seimbang dan bermakna baik secara individu maupun secara sosial.
Selain kisah sebelumnya, pentingnya zakat sebagai penyucian jiwa dan kepedulian sosial ditunjukkan pada kisah Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq. Abu Bakar Ash Shiddiq saat menjadi khalifah menindak orang-orang yang tidak mau membayar zakat.
”Demi Allah, saya akan perangi setiap orang yang memisahkan salat dan zakat. Zakat adalah kewajiban yang jatuh pada kekayaan. Demi Allah kalau mereka menolak saya dalam membayarkan apa-apa yang dulu mereka bayarkan kepada Rasul Allah, Sallallahu’alaihi wassalam, saya akan perangi mereka!”
Abu Bakar pantas marah, karena zakat merupakan pembeda Islam atau bukan.
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka.” (QS at-Taubah [9]: 103).
Namun, harta yang diberikan untuk berzakat adalah harta yang halal bukan haram.
“Hai orang yang beriman, nafkahkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu.” (QS al-Baqarah: 267).
Kisah ini menunjukkan kepada kita bahwa seberapa pentingnya zakat sebagai peribadatan umat islam. Fungsi zakat sebagai penyucian jiwa dan penyuci umat dari ‘kemiskinan’ membuat khalifah abu bakar begitu tegas mengatakan syari’at zakat.
Bertepatan dengan hari kemerdekaan, penulis melalui kedua kisah diatas mengajak pembaja untuk memaknai kemerdekaan dengan zakat. Terkadang, kita memaknai hari kemerdekaan hanya sebatas terbebas dari penjajahan. Ternyata, kita bisa memaknainya lebih dari itu, makna kemerdekaan mencakup segala hal dalam hidup; merdeka berpendapat, merdeka dari jajahan, merdeka berpikir, bahkan merdeka dari harta kotor. Merdeka dari harta kotor, maksudnya? Jadi begini…
Dalam Islam, zakat bukan sekadar kewajiban mengeluarkan uang, tetapi juga merupakan bentuk pembersihan jiwa dan pengembangan masyarakat. Salah satu perspektif yang sering dibahas adalah bagaimana zakat dapat “memerdekakan” harta kita sekaligus “memerdekakan” umat, dan dengan cara ini, mendorong kesejahteraan spiritual dan sosial.
Merdekakan harta dengan berzakat berarti membebaskan harta dari sifat kikir, kecenderungan untuk menumpuk kekayaan, dan keterikatan duniawi. Dalam Islam, harta yang kita miliki bukanlah mutlak untuk kita semata, tetapi juga amanah dari Allah yang harus dikelola dengan tanggung jawab. Oleh karenanya, fungsi zakat menjadi distribusi kekayaan dan mengingatkan kita tentang hak-hak orang lain atas apa yang kita miliki.
Setidaknya, ada lima hal yang perlu kita ketahui mengenai zakat:
1. Zakat sebagai pembersih harta
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka untuk membersihkan dan menyucikan mereka” (Q.S At-Taubah: 103).
Melalui zakat, seseorang menyucikan hartanya dari unsur keserakahan dan egois, serta berperan aktif dalam membersihkan jiwa dari kecenderungan materialistik/ keduniawian.
Zakat bermanfaat untuk membersihkan harta dari segala yang tidak halal, memastikan bahwa harta yang diberikan adalah halal dan bukan hasil dari cara yang tidak benar. Selain itu, zakat juga berperan dalam pertumbuhan harta, sehingga orang yang memberikan zakat (muzakki) akan mendapat pintu-pintu rezeki yang terbuka.
2. Besar nilai sosialnya
Zakat tidak hanya berdampak pada individu yang membayar zakat, tetapi juga pada masyarakat secara keseluruhan. Dengan menyalurkan zakat kepada yang berhak, yaitu golongan miskin, fakir, dan mereka yang membutuhkan, kita turut berpartisipasi dalam pengurangan kesenjangan sosial. Ini membantu menciptakan masyarakat yang lebih adil, merata, dan merdeka.
“Jadi indikator orang mukmin itu ternyata tidak hanya ibadah kepada Allah, tapi orang mukmin adalah orang yang memuliakan kedua orang tua, memuliakan kerabat dekat, orang yatim, dan orang miskin. Ini lah guna kita menunaikan zakat,”.
3. Kamu zakat, kamu adil
Zakat juga merupakan bentuk keadilan sosial yang sangat penting. Melalui zakat, harta yang dimiliki dibagi secara lebih merata, sehingga mengurangi ketimpangan ekonomi dan memberikan kesempatan kepada mereka yang kurang beruntung. Ini adalah cara yang efektif untuk menegakkan prinsip keadilan dalam masyarakat. Selain itu, mengajar
4. Mulai tentukan zakat yang harus ditunaikan
Hitung zakat yang harus dibayarkan berdasarkan nisab (batas minimum harta) dan berikan pada mereka yang berhak atau berzakat langsung melalui lembaga zakat nasional agar pendistribusiannya merata hingga pelosok desa. Kamu bisa menunaikan zakat
5. Kamu berzakat, kamu mengedukasi masyarakat
Tingkatkan kesadaran tentang pentingnya zakat di kalangan keluarga, teman, dan masyarakat. Dengan demikian, memerdekakan harta melalui zakat adalah upaya untuk membersihkan dan menyucikan harta kita, sekaligus berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang lebih adil dan sejahtera. Ini bukan hanya tentang memenuhi kewajiban agama, tetapi juga tentang memajukan kesejahteraan spiritual dan sosial, serta meraih keberkahan dalam hidup.
Melalui tulisan ini, kami mengajak kamu untuk saling menciptakan kemerdekaan "hartamu" dan "umat" dengan mengeluarkan zakat. Ulurkan tanganmu, bantu saudara kita yang membutuhkan melalui zakat. Sehingga, pada moment kemerdekaan ini, tidak hanya bangsa indonesia saja yang merdeka, tetapi "hartamu" dan juga "orang sekitar-mu".
Penulis : Nanang Kholidin, S.Ag , Kasi Pendidikan Agama Islam Kementrian Agama Kabupaten Sidoarjotulisan Terbit di majalah ZISKU edisi 5/2025 BAZNAS Sidoarjo
22/08/2025 | admin
Menyehatkan Santri, Menggerakkan Umat: Peran Baznas dalam Program Pesantren Sehat
Oleh: Sudrab*
Di tengah dinamika kehidupan berbangsa dan bermasyarakat, pesantren memiliki peran strategis sebagai pusat pendidikan, dakwah, dan pengabdian.
Selain menjadi lembaga pendidikan yang mencetak generasi penerus bangsa dengan moralitas tinggi, pesantren juga merupakan bagian dari ekosistem sosial yang harus terus dijaga kesehatannya. Dalam konteks ini, program Pesantren Sehatyang digagas oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan diimplementasi oleh dinas Kesehatan kab/kota se Jawa timur,Dimana dalam implementasinya di kabupaten Sidoarjo, Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) sidoarjo menunjukkan komitmen yang kuat untuk aktif memperkuat kualitas hidup santri melalui peningkatan akses kesehatan, sanitasi, dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Sebagai lembaga filantropi modern yang mengelola dana zakat, infak, dan sedekah umat, Baznas tidak hanya fokus pada distribusi bantuan materi semata, tetapi juga pada pemberdayaan masyarakat secara menyeluruh. Salah satu bentuk konkritnya adalah partisipasi aktif Baznas dalam mendukung pembinaan Poskestren (Pos Kesehatan Pesantren), pembangunan infrastruktur sanitasi, serta edukasi kesehatan bagi santri dan pengasuh pondok pesantren.
Sebagaimana kehadiran baznas Sidoarjo ,pada rapat kordinasi Pesantren sehat di aula dinkes Sidoarjo (26/6), mendorong Baznas secara institusi mewujudkan program Pesantren Sehat bukan sekadar inisiatif teknis, tetapi sebuah gerakan moral untuk mewujudkan lingkungan belajar yang kondusif dan bebas dari ancaman penyakit.
Seperti yang telah diketahui, Di Kabupaten Sidoarjo, misalnya, Baznas telah memberikan kontribusi nyata dalam pendampingan beberapa ponpes seperti Pondok Pesantren Al-Adliya dan Darul Mubarok. Bantuan berupa pagar tangga asrama, perbaikan fasilitas dapur dan kamar mandi, hingga penyediaan sarana air bersih menjadi contoh sinergi antara filantropi Islam dan pembangunan kesehatan umat.
Yang lebih penting lagi, Upaya membantu meningkatkan kapasitas santri sebagai agen perubahan di lingkungan pesantren melalui pelatihan kesehatan dasar, pembentukan kader Santri Husada, serta kampanye PHBS dapat dukungan banyak pihak. Dengan demikian, santri tidak hanya diajarkan ilmu agama, tetapi juga dipersiapkan menjadi individu yang sehat jasmani dan rohani, serta mampu mengedukasi sesama.
Kolaborasi Baznas dengan lintas sektor seperti Dinas Kesehatan, Kementerian Agama, perguruan tinggi, dan ormas keagamaan menegaskan bahwa pembangunan kesehatan di pesantren tidak bisa dilakukan sendirian. Ini adalah upaya kolektif yang melibatkan pemerintah, akademisi, dunia usaha, media, organisasi keagamaan, dan masyarakat — atau yang sering disebut model hexahelix. Dalam kerangka ini, Baznas hadir sebagai mitra strategis yang mampu menjembatani aspirasi umat dengan kebijakan pembangunan kesehatan.
Selain itu, melalui pesantren sehat mendorong Baznas juga mulai mengarahkan pendekatan berkelanjutan melalui konsep Eco-Pesantren, yaitu integrasi prinsip lingkungan hijau dalam pengelolaan pesantren. Melalui CSR dan program zakat produktif, Baznas mendorong pesantren untuk memanfaatkan lahan kosong sebagai area pertanian organik, budidaya ikan, atau pengelolaan sampah ramah lingkungan. Langkah ini tidak hanya meningkatkan ketahanan pangan pesantren, tetapi juga menciptakan pola hidup yang selaras dengan alam.
Dalam perspektif filantropi, Pesantren Sehat adalah investasi jangka panjang untuk masa depan bangsa. Setiap rupiah yang dialirkan melalui Baznas ke pesantren, bukan sekadar membantu individu atau institusi tertentu, tetapi ikut membangun fondasi moral dan kesehatan masyarakat luas. Santri yang sehat akan menjadi ujung tombak perubahan, tidak hanya di lingkungan pesantren, tetapi juga di masyarakat dan bangsa.
Mari kita dukung terus langkah ini, dalam menjadikan pesantren sebagai laboratorium kesehatan dan keteladanan hidup sehat. “ Pesantren sehat,ngaji khidmat , prestasi hebat !”
*Penulis adalah Salah satu Amil pelaksana Baznas , ketua Serikat Nelayan Nahdlatul Ulama’ Sidoarjo, yang fokus pada isu filantropi, kesehatan, Pendidikan dan pemberdayaan masyarakat.
27/06/2025 | sudrab

Info Rekening Zakat
Mari tunaikan zakat Anda dengan mentransfer ke rekening zakat.
BAZNAS
Info Rekening Zakat