Perjalanan Amil BAZNAS Sidoarjo: Menyentuh Hati di Balik Senyum yang Tak Pernah Berbicara
18/11/2025 | Penulis: sudrab
Penyaluran Bantuan
SIDOARJO —Di bawah terik siang yang menggigit, tiga orang amil BAZNAS Kabupaten Sidoarjo—Ahmad Hamdani, M. Haffidz, dan Rita Defani—melangkah bukan hanya untuk menyalurkan bantuan, tapi untuk menyaksikan kehidupan yang sering tak terlihat. Pada Senin, 17 November 2025, mereka menempuh dua perjalanan singkat namun berat secara emosional: dari Balai Desa Kalijaten hingga sebuah rumah kecil di Jalan Bebekan, Kelurahan Bebekan, Taman. Mereka bukan datang sebagai pejabat. Mereka datang sebagai manusia yang ingin tahu: Apa yang kamu rasakan ketika dunia berjalan cepat, tapi kamu terjebak di tempat yang sama?
Di Balai Desa Kalijaten, enam perempuan duduk berbaris. Yunita, Kirana, Dessy, Pujiati, Ginah, dan Dewi—nama-nama yang tak pernah jadi headline, tapi menjadi tulang punggung keluarga yang hampir runtuh. Himpitan ekonomi tak kenal kompromi: mereka bertahan, bukan karena kuat, tapi karena tidak punya pilihan.
Ketika tim BAZNAS menyerahkan bantuan, tidak ada tepuk tangan. Hanya diam—diam yang berat, diam yang penuh makna. Rita Defani memegang tangan Ibu Ginah, yang tak bisa berkata apa-apa selain menangis pelan. “Kami tidak datang untuk menyelamatkan Anda,” katanya. “Kami datang untuk mengingatkan: Anda masih punya tempat dan teman di dunia ini.”
Perjalanan berlanjut ke Jalan Bebekan, sebuah gang sempit yang tak tercantum di peta. Di sana, Ibu Muzaimah tinggal—sendiri, dengan cucu kecilnya sebagai satu-satunya cahaya di rumah yang gelap.
Tim BAZNAS tak membawa mic. Tak ada kamera yang merekam. Hanya tiga orang, dua jam, dan tujuh senyum yang tak bisa dibeli. Tapi dalam waktu itu, mereka membangun kembali harga diri yang hampir hilang.
Ini bukan sekadar distribusi bantuan. Ini adalah misi kemanusiaan yang paling murni: melihat, mendengar, dan memastikan bahwa tak seorang pun dibiarkan sendiri di pinggiran. BAZNAS Sidoarjo tidak hanya menyalurkan zakat. Ia menyalurkan pengakuan—bahwa setiap nyawa, sekecil apa pun, punya cerita yang layak didengar.
Rencana tindak lanjut sudah disusun: pendampingan rutin, koordinasi dengan puskesmas, dan penguatan jaringan sosial. Tapi yang paling penting? Mereka akan kembali. Karena kebaikan yang tulus tak pernah berakhir di satu kunjungan. Ia berakar di hati—dan tumbuh di keberanian untuk peduli.
Di Sidoarjo, di balik gedung-gedung modern dan jalan-jalan ramai, ada yang masih menunggu. Dan BAZNAS tetap datang.
Karena mereka tahu: keadilan bukan soal angka.
Tapi soal siapa yang masih diingat.
Bantuan bisa berakhir. Tapi rasa dihargai? Itu abadi.
Artikel Lainnya
Memaknai Zakat Lebih Dalam: Bukan Sekadar Kewajiban, Tapi Jalan Menuju Berkah
Maulid Nabi: Manifestasi Cinta dalam Sedekah dan Kebajikan
Menyehatkan Santri, Menggerakkan Umat: Peran Baznas dalam Program Pesantren Sehat
Sudah Wajib Zakat Penghasilan? Cek 5 Syarat Ini, Lalu Bayar dengan Mudah!
Membangun Masa Depan dengan Teladan Rasul: Merenungkan Makna Rabiul Awal
Merdekakan Hartamu Dengan Berzakat

Info Rekening Zakat
Mari tunaikan zakat Anda dengan mentransfer ke rekening zakat.
BAZNAS
