WhatsApp Icon
BAZNAS Sidoarjo Salurkan Bantuan di Krian dan Prambon, Sentuh Anak Sekolah hingga Lansia Tak Mampu

SIDOARJO — Dalam satu hari penuh kepedulian, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Sidoarjo menyalurkan bantuan sosial di dua lokasi berbeda: SDN Ponokawan, Kecamatan Krian, dan Desa Bendotretek, Kecamatan Prambon. Kegiatan yang berlangsung pada Senin, 17 November 2025, menjadi bukti nyata komitmen lembaga amil zakat dalam menjangkau kelompok rentan—mulai dari anak-anak usia sekolah hingga lansia yang hidup dalam keterbatasan.

 

Di SDN Ponokawan, tim BAZNAS Sidoarjo yang dipimpin oleh Ahmad Hamdani, M. Haffidz, dan Rita Defani, bersama kepala sekolah, menyerahkan bantuan pendidikan kepada sepuluh siswa yang berprestasi namun berasal dari keluarga kurang mampu. Para siswa tampak antusias menerima bantuan yang dirancang untuk mendukung kebutuhan belajar mereka. Kepala sekolah menyampaikan apresiasi atas kehadiran BAZNAS, mengingat banyak siswa di sekolah tersebut yang kesulitan memenuhi kebutuhan dasar, baik untuk dirinya maupun keluarganya yang terbatas. “Ini bukan sekadar bantuan materi, tapi juga dorongan semangat agar anak-anak terus percaya pada pendidikan sebagai jalan keluar,” ujar kepala sekolah.

 

Sementara itu, di Desa Bendotretek, Wakil Ketua II BAZNAS Sidoarjo, M. Mahbub—yang akrab disapa Gus Mahbub—bersama staf pelaksana Sofwan dan Syukron, menyalurkan bantuan biaya hidup kepada sembilan warga lanjut usia dan keluarga tidak mampu. Salah satu penerima adalah Pak Kasban, seorang lansia berusia 87 tahun yang tinggal sendirian dan sangat bergantung pada bantuan anaknya. Kunjungan tim BAZNAS tidak hanya membawa bantuan, tetapi juga mendengarkan cerita hidup mereka dan memberikan dukungan moral. “Kami ingin memastikan bahwa lansia yang hidup sebatang kara tetap merasa dihargai, bukan hanya diperhatikan secara fisik, tapi juga secara emosional,” kata Gus Mahbub.

 

Kedua kegiatan ini merupakan bagian dari program rutin BAZNAS Sidoarjo dalam optimalisasi penyaluran zakat, infak, dan sedekah secara tepat sasaran. Penyaluran dilakukan berdasarkan hasil asesmen lapangan yang cermat, serta koordinasi erat dengan pihak sekolah dan perangkat desa untuk memastikan akuntabilitas dan transparansi.

 

Dari dua lokasi ini, terlihat jelas bahwa kebutuhan masyarakat sangat beragam—mulai dari akses pendidikan hingga pemenuhan kebutuhan pokok bagi lansia. Namun, benang merahnya sama: kepedulian yang tulus. Di Ponokawan, senyum anak-anak berbaris rapi dengan seragam putih-merah menjadi simbol harapan masa depan. Di Bendotretek, tatapan tenang para lansia yang memegang bantuan menjadi pengingat bahwa martabat manusia tak pernah pudar, bahkan di usia senja.

 

BAZNAS Sidoarjo berkomitmen untuk terus memperluas jangkauan programnya, tidak hanya melalui penyaluran langsung, tetapi juga dengan pendampingan dan pemberdayaan berkelanjutan. Rencana tindak lanjut mencakup monitoring dampak bantuan, serta pengembangan program seperti beasiswa berkelanjutan untuk siswa berprestasi dan layanan kesehatan dasar untuk lansia.

 

Dengan langkah-langkah konkret ini, BAZNAS Sidoarjo menegaskan perannya sebagai mitra strategis dalam mewujudkan kesejahteraan sosial di kabupaten yang dikenal sebagai pusat industri dan pertanian. Karena di balik setiap bantuan yang diserahkan, ada cerita, ada harapan—dan ada janji: bahwa tidak ada yang ditinggalkan. Setiap nyawa, sekecil apa pun, berhak atas kehidupan yang layak.

18/11/2025 | Kontributor: sudrab
Afizah dan Harapan yang Tak Pernah Padam

Kisah Keluarga Hariadi dan Intervensi BAZNAS Sidoarjo di Balik Perjuangan Melawan Penyakit

SIDOARJO – Di balik tembok rumah sederhana di Desa Pejangkungan, Kecamatan Prambon, tersimpan kisah perjuangan yang melelahkan sekaligus mengharukan. Afizah Al Maira Putri, bocah mungil yang belum genap tiga tahun, harus menanggung beban yang terlalu berat untuk usianya: kelainan jantung, gangguan paru-paru, kelainan kulit, dan penumpukan cairan di kepala. Setiap dua minggu sekali, keluarga Hariadi harus menempuh perjalanan ke RS Dr. Soetomo Surabaya—perjalanan yang menguras fisik, mental, dan kantong mereka yang sudah tipis.

 

"Kami tidak pernah menyangka cobaan ini akan datang," ujar Hariadi, sang ayah, dengan suara yang hampir berbisik. Sebagai kepala keluarga dengan tiga anak, ia bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Penghasilannya yang tak menentu kini harus berbagi dengan kebutuhan medis Afizah yang terus membengkak. Istrinya, yang seharusnya bisa membantu mencari nafkah, kini harus stay di rumah untuk merawat putri bungsunya yang membutuhkan perhatian 24 jam.

 

Kondisi inilah yang menarik perhatian BAZNAS Kabupaten Sidoarjo. Senin pagi, 17 November 2025, pukul 10.00 WIB, tim yang dipimpin langsung oleh M. Mahbub (Gus Mahbub), Wakil Ketua II BAZNAS Sidoarjo, bersama Sofwan dan Syukron, staf pelaksana, datang membawa bantuan kesehatan. Kunjungan ini bukan sekadar seremonial penyerahan bantuan, melainkan hasil dari asesmen mendalam yang telah dilakukan sebelumnya.

 

"Kami melihat keluarga Pak Hariadi bukan hanya butuh bantuan finansial, tapi juga dukungan moral bahwa mereka tidak berjuang sendirian," jelas Gus Mahbub. Dalam asesmen yang dilakukan, tim BAZNAS menemukan bahwa keluarga ini tergolong sangat rentan. Dengan tiga anak dan kondisi Afizah yang memerlukan perawatan intensif berkelanjutan, keluarga Hariadi berada di ujung tanduk kemiskinan struktural yang kronis.

 

Data dari BAZNAS Sidoarjo mencatat bahwa kasus seperti Afizah bukanlah fenomena tunggal. Di Kabupaten Sidoarjo, masih banyak keluarga yang terjebak dalam lingkaran kemiskinan akibat biaya kesehatan katastropik. Program bantuan kesehatan BAZNAS hadir sebagai safety net, jaring pengaman sosial yang menangkap mereka yang jatuh dari sistem kesehatan formal.

 

Yang membuat program ini berbeda adalah pendekatan humanistiknya. Bukan sekadar menyerahkan amplop bantuan, tim BAZNAS memastikan keluarga penerima memahami bahwa ini adalah hak mereka sebagai mustahik, bukan belas kasihan. "Zakat adalah sistem redistribusi kekayaan yang telah Allah atur. Afizah dan keluarganya berhak mendapat bagian dari harta orang-orang yang berkecukupan," tegas Gus Mahbub.

 

Saat bantuan diserahkan, air mata Ibu Afizah menetes. Bukan karena jumlah nominalnya, tapi karena pengakuan bahwa perjuangan mereka dilihat dan dihargai. Di tengah sistem yang kerap mengabaikan wong cilik, kehadiran BAZNAS menjadi oase di padang tandus.

 

Program seperti ini membuktikan bahwa filantropi Islam, khususnya melalui lembaga zakat, bukan hanya tentang charity, melainkan tentang restorasi martabat manusia. Afizah mungkin masih harus bergulat dengan penyakitnya, tapi setidaknya kini keluarganya tak lagi berjuang sendirian. Dan itu, dalam banyak hal, adalah kemenangan terbesar.

17/11/2025 | Kontributor: sudrab
Puluhan Keluarga Gizi Buruk Terima Daging DAM Baznas 2025: Satu Paket, Satu Harapan

Di tengah hiruk-pikuk kehidupan yang semakin berat, di balik dinding-dinding rumah sederhana di Sidoarjo, ada kisah-kisah kecil yang menyimpan beban besar. Beban gizi buruk. Beban kelaparan tersembunyi. Dan di sinilah, BAZNAS RI, melalui Program Daging Kambing DAM Haji 2025, hadir bukan hanya sebagai pemberi, tapi sebagai penjaga harapan.

 

Dalam dua hari pelacakan intensif (5-6 November 2025), Tim Pembina dan Pengawasan Program Kesehatan Keluarga dan Gizi (TP3 Kesga & Gizi) Kabupaten Sidoarjo, Dinas kesehatan , dinas sosial, tim  Penggerak PKK dan BAZNAS Sidoarjo, menjumpai puluhan anak yang tumbuh kembangnya  terindikasi  kekurangan nutrisi. Mereka bukan sekadar angka statistik.

Seperti, mereka adalah Ananda Dewi Sekar Arum, usia 24 bulan, berat badannya hanya 6,8 kg—jauh di bawah standar. Bayangkan, seorang bayi yang setiap hari rewel karena perutnya yang lapar, ibunya yang lelah, dan ayahnya yang mencari nafkah dengan tangan yang gemetar, sambil menghisap rokok yang justru memperparah kondisi keluarga.

 

Atau Ananda Muhammad Syahrul, 4 tahun 2 bulan, berat badannya 10,1 kg. Ia tinggal bersama lima saudara kandung di rumah yang statusnya sudah dijual. Ayahnya bekerja di warung soto, ibunya mengupas bawang—dua pekerjaan yang berat untuk memenuhi kebutuhan dasar, apalagi nutrisi berkualitas. Di Prambon, Ananda Mohamad Rasya Alfarizqi dan Azfer Rafeyfa Endaru juga menanti. Azfer, putra pertama, berat badannya hanya 9 kg—padahal idealnya harus 13,5 kg. Ibu Yeny Dwi Lestari, sang ibu, hanya bisa menatap anaknya dengan mata berkaca-kaca, sementara suaminya, seorang supir pengiriman, berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

 

Namun, di tengah keprihatinan itu, datanglah cahaya. BAZNAS RI, melalui 225 paket siap saji berkualitas yang dialokasikan khusus untuk BAZNAS Sidoarjo, membawa solusi nyata. Setiap paket daging kambing DAM, diproses secara higienis dalam kemasan pouch, bukan sekadar makanan. Ini adalah obat. Ini adalah investasi masa depan. Ini adalah bentuk zakat yang hidup, yang bernafas, yang menyentuh kulit dan jiwa.

 

Staf pelaksana BAZNAS, Ahmad Hamdani dengan wajah serius namun penuh empati, mendatangi rumah-rumah tersebut bersama Tim. Mereka tidak hanya menyerahkan paket Dam dan sembako serta nutrisi lainnya, tapi juga berdialog, memberi edukasi, dan menenangkan hati para ibu. Di Balongdowo, di Kedungsolo, di Prambon—senyum mulai terbit. Bukan senyum biasa. Senyum yang lahir dari rasa lega, dari harapan yang kembali menyala.

 

Zakat bukan lagi soal ritual. Ini adalah instrumen pemberdayaan. Satu paket daging, satu senyum, satu harapan. Untuk Ananda Dewi, untuk Syahrul, untuk Rasya, untuk Azfer—dan untuk puluhan anak lainnya di Sidoarjo. Karena di balik setiap kilogram daging, ada mimpi yang sedang dibangun. Mimpi untuk tumbuh lebih tinggi, lebih kuat, dan lebih cerdas. Mimpi untuk masa depan yang lebih baik.

 

Dan inilah esensi filantropi: bukan hanya memberi, tapi mengubah. Satu paket, satu kehidupan. Satu harapan, satu masa depan.

17/11/2025 | Kontributor: sudrab
BAZNAS Sidoarjo Turun Tangan Renovasi Rumah Modin yang Tak Layak Huni

Kepedulian terhadap kondisi tokoh agama yang mengabdi puluhan tahun kini berbuah nyata melalui aksi cepat lembaga filantropi

 

SIDOARJO – Air mata haru mengalir di pipi Siti Sholimah (75) saat kediamannya di Dusun Alang-Alang, Desa Kureksari, Kecamatan Waru, dikunjungi Bupati Sidoarjo Subandi bersama jajaran BAZNAS Sidoarjo, Sabtu (15/11/2025). Nenek yang selama ini mendampingi suaminya, Imam Ghozali, seorang modin desa, tak henti melantunkan doa syukur. Harapan untuk memiliki rumah yang layak akhirnya tampak nyata di depan mata.

 

Kondisi hunian keluarga modin ini sungguh memprihatinkan. Rumah yang telah mereka tempati berpuluh tahun bersama seorang anak itu rusak parah. Bagaikan bangunan terbengkalai, siapa pun yang melintas pasti menyangka rumah itu telah lama kosong. Atap bocor di mana-mana, dinding mengelupas, bahkan tidak ada kamar mandi yang layak. Inilah kenyataan pahit seorang pelayan agama yang selama ini mengabdikan diri untuk masyarakat.

 

"Setiap kali hujan turun, kami harus bersiap dengan ember dan wadah untuk menampung air yang bocor dari atap. Kondisi ini sudah berlangsung bertahun-tahun," ungkap Imam Ghozali dengan nada pasrah namun penuh ketabahan.

 

Ketua BAZNAS Sidoarjo, M. Chasbil Aziz Salju Sodar yang akrab disapa Gus Jazuk, langsung mengambil inisiatif. Lembaga amil zakat yang dipimpinnya segera menyusun rencana renovasi komprehensif. Bukan sekadar tambal sulam, tetapi perbaikan menyeluruh yang menyentuh aspek kenyamanan dan keamanan penghuni.

 

"Kami tidak bisa membiarkan seorang pelayan umat tinggal dalam kondisi seperti ini. BAZNAS Sidoarjo berkomitmen penuh untuk merenovasi rumah Pak Modin hingga layak huni," tegas Gus Jazuk .

 

Program renovasi yang dirancang BAZNAS mencakup penggantian total atap rumah, pembangunan kamar mandi baru, pengecatan dinding, pemasangan keramik lantai, hingga perbaikan ruang kamar tidur. Target penyelesaian ditetapkan dalam waktu dua minggu, menunjukkan keseriusan lembaga filantropi ini dalam menghadirkan solusi nyata.

 

Bupati Subandi yang turut hadir dalam kunjungan tersebut menyatakan apresiasinya terhadap respons cepat BAZNAS. Ia meminta seluruh perangkat desa untuk bergotong royong membersihkan rumah sebagai tahap awal renovasi. Selama proses perbaikan, keluarga Imam Ghozali akan ditempatkan di tempat tinggal sementara yang layak.

 

"Ini adalah bentuk penghargaan kita kepada tokoh agama yang telah mengabdi. Mari bersama-sama mewujudkan kehidupan yang bermartabat bagi mereka," ujar Bupati Subandi.

 

Imam Ghozali mengaku sebelumnya sempat mendapat bantuan material galvalum dari Pemerintah Desa Kureksari. Namun, material tersebut hanya cukup untuk sebagian kecil atap, sementara biaya pemasangan harus ditanggung sendiri dengan bantuan anak-anaknya yang kini juga sudah kehabisan kemampuan.

 

Kehadiran BAZNAS Sidoarjo dalam kasus ini menjadi bukti nyata peran strategis lembaga filantropi dalam menjawab kebutuhan masyarakat. Melalui dana zakat, infak, dan sedekah yang dikelola dengan amanah, organisasi ini mampu menghadirkan perubahan konkret bagi kehidupan kaum dhuafa dan tokoh masyarakat yang membutuhkan.

 

Tim BAZNAS dijadwalkan turun langsung setelah proses kerja bakti pembersihan rumah selesai. Renovasi menyeluruh akan segera dimulai, membawa harapan baru bagi keluarga yang selama ini hidup dalam keterbatasan namun tetap tegar dalam pengabdian.

16/11/2025 | Kontributor: sudrab
BAZNAS Sidoarjo Turun Langsung Asesmen RTLH: Dua Keluarga di Ambang Harapan

SIDOARJO – Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Sidoarjo kembali menunjukkan komitmennya dalam program pengentasan kemiskinan melalui asesmen Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) yang dilaksanakan pada Kamis (13/11/2025). Tim yang terdiri dari Ach Richie dan M. Sofwan, staf pelaksana BAZNAS Sidoarjo, melakukan survei langsung ke dua lokasi berbeda untuk memetakan kondisi riil keluarga penerima manfaat.

 

Lokasi pertama yang dikunjungi adalah kediaman Ibu Memet di Desa Sigogalih, Kecamatan Tarik. Seorang janda tangguh yang harus menghidupi tiga generasi sekaligus—dirinya sendiri, sang anak, dan ibunya yang mengalami gangguan jiwa. Kondisi ekonomi keluarga ini sangat memprihatinkan. Ibu Memet bekerja sebagai buruh pabrik kerupuk dengan penghasilan Rp50.000 per hari, itupun tidak menentu. "Kadang ada kerja, kadang tidak, Pak," ungkap Ibu Memet dengan wajah lelah namun tetap tegar.

 

Yang lebih mengkhawatirkan adalah kondisi fisik bangunan tempat tinggal mereka. Dari hasil observasi tim BAZNAS, kerusakan paling parah terjadi pada struktur atap. Kayu-kayu penyangga atap sudah rapuh dan lapuk dimakan usia, sebagian genteng bahkan sudah jebol dan bolong. Ketika hujan turun, air tidak hanya membasahi halaman, tetapi juga masuk ke dalam rumah, memaksa keluarga ini berjibaku dengan genangan air di malam hari.

 

Perjalanan asesmen dilanjutkan ke Kelurahan Juwet Kenongo, Kecamatan Porong, menuju rumah Saudara Muchamat Andi Pranoto. Pria yang berprofesi sebagai penyanyi jalanan ini menggantungkan hidup dari satu panggung ke panggung lainnya, mengamen dari kafe ke kafe. "Kalau ada job baru ada penghasilan, kalau tidak ya puasa," tutur Andi dengan jujur. Dia tinggal bersama istri dan seorang anak dalam kondisi rumah yang tidak jauh berbeda dengan rumah Ibu Memet—atap yang ditopang oleh kayu-kayu lapuk yang sewaktu-waktu bisa runtuh.

 

Ach Richie, salah satu petugas asesmen, menjelaskan bahwa kedatangan mereka bukan sekadar mengumpulkan data administratif. "Kami tidak hanya mencatat kerusakan fisik bangunan, tapi juga mendengarkan langsung kisah perjuangan mereka. Ini penting agar program RTLH BAZNAS tepat sasaran dan benar-benar menyentuh akar permasalahan," ujarnya.

 

M. Sofwan menambahkan bahwa hasil asesmen ini akan segera diproses lebih lanjut oleh tim teknis BAZNAS Sidoarjo. "Kami berharap dalam waktu dekat, kedua keluarga ini bisa mendapatkan bantuan renovasi yang mereka butuhkan. Prioritas utama adalah perbaikan struktur atap agar mereka tidak lagi khawatir ketika musim hujan tiba," jelasnya.

 

Program RTLH merupakan salah satu program unggulan BAZNAS Sidoarjo dalam menyalurkan dana zakat, infak, dan sedekah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Melalui program ini, BAZNAS tidak hanya memberikan bantuan fisik berupa renovasi rumah, tetapi juga memberikan dampak psikologis berupa rasa aman dan martabat bagi keluarga penerima manfaat.

 

"Rumah adalah tempat berlindung. Ketika rumah sudah tidak layak, maka martabat kemanusiaan juga terancam. Inilah mengapa BAZNAS Sidoarjo sangat serius menangani program RTLH," tegas Ach Richie menutup keterangan.

 

BAZNAS Sidoarjo mengajak masyarakat yang mampu untuk terus menyalurkan zakat, infak, dan sedekah melalui lembaga resmi agar penyalurannya tepat sasaran. Informasi lebih lanjut dapat diakses melalui kantor BAZNAS Sidoarjo atau media sosial resmi.

14/11/2025 | Kontributor: sudrab

Berita Terbaru

Menyelamatkan Mereka yang Terlupa
Menyelamatkan Mereka yang Terlupa
Tangis pilu Luthfi Afandi (2th 9 bln) pecah saat tim gabungan BAZNAS Kabupaten Sidoarjo, Dinas Kesehatan, dan Dinas Sosial mengunjungi rumahnya di Bulusidokare, Sidoarjo. Tubuh kecilnya yang hanya 7 kilogram itu bergetar dalam dekapan sang ibu. Dia salah satu dari sekian banyak anak Indonesia yang masih berjuang melawan kerentanan dan kerawanan kurang gizi. "Kami tidak bisa membiarkan anak-anak ini terus terperangkap dalam lingkaran kemiskinan dan masalah kesehatan," ujar M. Faiz, Staf Pelaksana BAZNAS Sidoarjo, sembari mencatat kondisi keluarga yang dikunjungi. Matanya berkaca-kaca menyaksikan Agam (10 bulan) yang hanya 5,3 kilogram, putra seorang pembuat kerupuk yang penghasilannya tak menentu. Di sudut lain Sidoarjo, Nur Hidayat (5) terbatuk keras. Ayahnya, seorang pengamen jalanan, masih membawanya mengamen hingga larut malam. "Kondisi seperti ini sangat memprihatinkan. Kami harus bertindak cepat untuk mencegah dampak kesehatan yang lebih serius," tegas Nur Habibah Fajr'ina salah satu petugas dari Dinas Kesehatan Sidoarjo. Drama kehidupan berlanjut di rumah Asyifa Rahmawati (22 bulan). Dengan berat hanya 5,25 kg dan indikasi jantung bocor, ia harus rutin kontrol ke rumah sakit. Ibunya yang sedang mengandung 7 bulan hanya bisa pasrah, sementara ayahnya bekerja serabutan demi membiayai pengobatan. "Kemiskinan dan kesehatan adalah dua hal yang saling terkait. Tanpa intervensi yang tepat, siklus ini akan terus berulang," ungkap Youli dari Dinas Sosial Sidoarjo, sambil memeriksa kondisi Innarotul Hasna (13 bulan) yang beratnya hanya 5,5 kg. Tim gabungan yang terbagi menjadi dua kelompok ini bergerak cepat menyisir wilayah Sidoarjo, Jabon, Tanggulangin, hingga Porong. Mereka tidak hanya membawa bantuan sembako, tetapi juga harapan baru bagi keluarga-keluarga yang terlupa. Ini adalah hari kedua dari program surveilans Tim Pembina dan Pengawasan Program Kesehatan Keluarga dan Gizi (TP3 Kesga & Gizi) Kabupaten Sidoarjo. Sebuah upaya nyata menyelamatkan generasi penerus bangsa dari ancaman stunting dan malnutrisi yang masih membayangi negeri ini.
BERITA19/11/2024 | admin
Mengabdi Tanpa Henti
Mengabdi Tanpa Henti
Yang satu ini berbeda. Di tengah deretan nama-nama perusahaan besar penerima penghargaan Mitra Sidoarjo Sehat Sejahtera dan Inspiratif (Misi Sejati), lembaga pemerintah non struktural pengelola zakat infaq sedekah dan dana keagaamaan sosial lainnya ( Zis-DSKL) Baznas Sidoarjo, berdiri sejajar dengan PT Tjiwi Kimia, PT Ecco Indonesia, dan institusi mapan lainnya. Moment penganugerahan itu berlangsung khidmat di Alun-alun Sidoarjo, Selasa (19/11). Tepat di hari yang cerah, saat Hari Kesehatan Nasional ke-60 dirayakan. Baznas Sidoarjo membuktikan: dana zakat bisa jadi instrumen dahsyat untuk membangun kesehatan masyarakat. Sebenarnya, penghargaan ini tak mengejutkan. Selama ini Baznas Sidoarjo konsisten mengucurkan bantuan kesehatan untuk kaum dhuafa. Dari bantuan biaya berobat hingga program-program preventif lainnya yang ternaungi dalam program Sidoarjo Sehat. Pjs Bupati Sidoarjo Muhammad Isa Ansori tampak bangga. Matanya berbinar saat menyerahkan penghargaan kepada sejumlah penerima. Di podium upacara yang dihadiri TNI, Polri, ASN, dan berbagai elemen masyarakat itu, ia menekankan pentingnya kolaborasi dalam membangun kesehatan. "Ini bukti nyata bahwa pembangunan kesehatan bukan hanya tugas pemerintah," bisik salah seorang pejabat di lokasi. Benar. Baznas Sidoarjo telah membuktikan: lembaga zakat bisa menjadi ujung tombak pembangunan kesehatan masyarakat. Mereka hadir tepat di saat sistem kesehatan formal memiliki keterbatasan menjangkau semua lapisan. Menariknya, Baznas Sidoarjo tak berhenti pada bantuan kuratif. Mereka punya mimpi besar: menciptakan ekosistem kesehatan yang berkelanjutan untuk kaum dhuafa. Program-program preventif dan edukatif jadi prioritas. "Lebih baik mencegah daripada mengobati," begitu prinsip mereka. Di tengah hiruk-pikuk transformasi kesehatan nasional, Baznas Sidoarjo membuktikan: tak perlu menunggu jadi besar untuk berbuat besar. Yang dibutuhkan hanya kesungguhan mengabdi dan kejelian melihat kebutuhan masyarakat. Seperti kata Menteri Kesehatan dalam sambutan yang dibacakan: perjuangan belum selesai. Dan Baznas Sidoarjo siap terus berlari, mengabdi tanpa henti.
BERITA19/11/2024 | admin
Bersama, Kita Perangi Gizi Buruk
Bersama, Kita Perangi Gizi Buruk
Di bawah sinar matahari pagi yang hangat, Tim Pembina dan Pengawasan Program Kesehatan Keluarga dan Gizi (TP3 Kesga & Gizi) Kabupaten Sidoarjo memulai langkah besar di Desa Sido Kepung, pada 18 November 2024. Hari pertama pelacakan rawan gizi ini menjadi bukti nyata perhatian pemerintah terhadap kesehatan anak-anak bangsa, khususnya di daerah yang rawan gizi. Baznas Sidoarjo pun mengambil peran penting, menjadi bagian dari solusi dengan memberikan paket sembako bagi keluarga terdampak. Di salah satu sudut rumah kecil itu, tim bertemu Qonita, balita berusia 14 bulan, anak ketiga dari pasangan Pak Catur dan Ibu Suyatni. Ayahnya seorang pengemudi ojek online, sedang ibu penuh perhatian, menatap lirih tim yang datang membawa harapan. “Kami tahu tantangannya berat. Tapi, Baznas tidak hanya hadir dengan paket sembako, kami juga hadir dengan harapan dan solusi,” ujar Ahmad Hamdani, staf pelaksana Baznas Sidoarjo, dengan suara mantap. Berlanjut ke Jambe Banjar Kemantren, Rayhan, seorang anak empat tahun, duduk di pangkuan ayahnya, Pak Sugianto. Sebagai seorang office boy di perusahaan peti kemas, Pak Sugianto berusaha keras mencukupi kebutuhan keluarganya. “Setiap anak adalah aset bangsa. Mereka harus sehat dan kuat,” kata seorang petugas puskesmas yang turut hadir, memastikan Rayhan mendapat perhatian medis yang layak. Kemudian, di Mantren, Banjar Kemantren, Altar Alfa Rizqi, balita 19 bulan, menyambut tim dengan senyum kecilnya. Anak dari pasangan Agus Susanto, seorang kernet bus, dan Juwariyah, terlihat ceria meski kondisi gizinya memprihatinkan. “Kami mengerti bahwa keterbatasan ekonomi adalah tantangan besar. Tapi kami ingin hadir sebagai pendamping, bukan sekadar pemberi bantuan,” tambah Hamdani. Tim juga beranjak ke Tebel, Gedangan, bertemu dengan Arsyila Qiana Ramadhani, bayi delapan bulan yang sempat mengalami kesulitan kesehatan karena ibunya, Sumiarsih, menderita asma saat hamil. Lalu ke Ganting, Gedangan, ada Aghniya Bilqis Nur Salsabila, bayi ceria lainnya, anak dari seorang buruh pabrik kayu di Mojokerto, yang kini tengah berjuang mengejar kondisi kesehatan ideal. “Kerja bersama seperti ini menunjukkan bahwa kita mampu melawan gizi buruk. Ini bukan hanya tugas pemerintah, tapi tugas semua pihak, termasuk masyarakat,” Ahmad Hamdani menegaskan, semangat terpancar dari raut wajahnya. Di tengah-tengah pendataan dan pemeriksaan, ia menambahkan bahwa Baznas tak hanya hadir sekali. “Kami akan memastikan pendampingan berkelanjutan, karena perubahan besar memerlukan langkah kecil yang konsisten.” Hari itu bukan sekadar tentang pemberian sembako atau pemeriksaan kesehatan. Ini adalah awal dari perjuangan bersama. Di setiap desa yang dikunjungi, ada cerita perjuangan, ada harapan, dan ada tangan-tangan yang berusaha saling menguatkan. Di bawah payung sinergi pemerintah, Baznas, dan masyarakat, langkah-langkah kecil ini mungkin akan menjadi awal untuk perubahan besar. Bersama, kita perangi gizi buruk!
BERITA18/11/2024 | admin
Jumat Berkah Desa Mulyodadi Wonoayu
Jumat Berkah Desa Mulyodadi Wonoayu
Di bawah bayangan pepohonan Desa Mulyodadi, Jumat pagi itu , 15 November 2024 terasa berbeda. Tim dari Baznas Sidoarjo datang membawa harapan bagi lima warga desa yang hidup dalam keterbatasan. Ahmad Hamdani, Kepala Bidang Distribusi Baznas Sidoarjo, menyapa mereka satu per satu, mengetuk pintu rumah-rumah sederhana yang berderet di sepanjang tepian sungai. Hari itu, Hamdani tidak sekadar membawa amplop bantuan; ia membawa kehangatan dan perhatian yang tulus. Salah satu penerima bantuan hari itu adalah Ibu Gemi, seorang nenek berusia 90 tahun. Usia yang senja tak mengurangi semangatnya menjalani kehidupan di desa kecil ini. Dengan tubuh yang ringkih namun penuh kebijaksanaan, Ibu Gemi menerima bantuan dari Hamdani dengan senyum yang menenangkan hati. Saat Hamdani menyerahkan amplop bantuan, ia dengan lembut mencium tangan Ibu Gemi, sebuah tanda hormat kepada wanita yang telah melalui sembilan dekade hidup dalam berbagai suka dan duka. “Ini sedikit bantuan dari kami, Bu. Semoga bisa meringankan,” ucap Hamdani dengan suara penuh empati. Momen itu terasa begitu dalam. Bagi Ibu Gemi, bantuan dari Baznas bukan sekadar materi, melainkan bukti bahwa masih ada yang peduli. Di usianya yang hampir seabad, perhatian dan penghormatan dari orang-orang seperti Hamdani adalah hadiah yang tak ternilai. "Alhamdulillah, Mas. Terima kasih sudah jauh-jauh ke sini," katanya lirih, sambil menguatkan genggaman tangannya pada amplop yang diterimanya. Selain Ibu Gemi, Bapak Parsan dan Ibu Bunah juga menjadi penerima bantuan pada hari itu. Mereka, yang sudah lama berjuang dalam keterbatasan, terlihat terharu menerima perhatian dan dukungan. Hamdani mengatakan bahwa Baznas Jawa Timur selalu berkomitmen untuk menyalurkan bantuan kepada mereka yang benar-benar membutuhkan. “Kami berharap ini bisa sedikit meringankan beban Bapak dan Ibu,” kata Hamdani dengan nada tulus. Namun, tidak semua warga dapat ditemui. Ibu Tiami, salah satu penerima manfaat yang juga membutuhkan bantuan, sedang tidak berada di rumah saat tim datang. Meski demikian, Hamdani mencatat dan berjanji akan kembali lagi di lain waktu. "Kami akan pastikan bantuan ini sampai ke tangan Ibu Tiami, tak perlu khawatir," ujarnya meyakinkan warga yang menyaksikan dari kejauhan. Dalam momen yang singkat namun penuh makna itu, Hamdani merasakan beratnya perjuangan hidup warga Desa Mulyodadi. Di wajah mereka, ia melihat keteguhan hati meskipun hidup dalam kekurangan. “Setiap Jumat Berkah ini adalah pengingat bagi kami, bahwa masih banyak saudara kita yang membutuhkan uluran tangan. Ini bukan sekadar rutinitas, tapi amanah yang harus kami jaga dengan penuh tanggung jawab,” ujarnya dalam hati. Kisah ini mungkin hanya sepenggal dari ribuan cerita serupa yang terjadi di berbagai sudut negeri. Bantuan ini mungkin tak mampu menyelesaikan seluruh masalah mereka, namun kehadiran Baznas setidaknya menghadirkan harapan. Jumat Berkah ini menjadi bukti bahwa di balik setiap amplop yang disalurkan, ada kepedulian dan ketulusan yang menyala, menguatkan semangat mereka untuk terus melangkah.
BERITA15/11/2024 | admin
Langkah Bersama Mengatasi TBC: Merangkul yang Sakit, Menguatkan yang Lemah
Langkah Bersama Mengatasi TBC: Merangkul yang Sakit, Menguatkan yang Lemah
Siang itu,14 November 2024 di sudut sebuah balai kecil PKM Krian, Abdul Ghoni, staf pelaksana Baznas Sidoarjo, duduk bersama dalam lingkaran yang sederhana tapi penuh makna. Bersamanya ada , sebut saja Bapak “Budi”, seorang warga Desa Sedangan, Mijen, Krian, yang sedang berjuang melawan TBC. Turut hadir pula istri Bapak Budi, dr. Ratna dari Pusat Kesehatan Masyarakat (PKM) Krian, dan salah satu kader kesehatan Krian yang setia mendampingi. Hari ini, mereka datang bukan sekadar untuk berbincang, tetapi untuk memahami lebih dalam dan memberi harapan. Pagi itu, udara terasa sedikit lebih segar, seakan alam pun ikut merangkul mereka dalam semangat kebersamaan. Abdul Ghoni membuka percakapan dengan nada lembut tapi penuh ketegasan. Dalam pembicaraan itu, ia menjelaskan kepada Bapak “budi” dan keluarga tentang tantangan besar dari proses penyembuhan TBC. Penyakit ini, katanya, bukan hanya menuntut keteguhan hati, tetapi juga "ke istiqomahan"—sebuah konsistensi untuk terus menjalani pengobatan, tanpa patah semangat, dan tanpa putus asa. Bapak “Budi” mendengarkan dengan penuh perhatian, sesekali menatap istrinya yang duduk di sampingnya. Ini bukan perjalanan yang mudah bagi mereka. Sebagai keluarga dengan sumber daya terbatas, mereka membutuhkan dukungan yang lebih dari sekadar nasihat medis. Di sinilah Baznas Sidoarjo hadir, mengulurkan tangan dengan memberikan bantuan non-medis yang diharapkan bisa meringankan beban keluarga Bapak Budi selama proses penyembuhan ini. Baznas Sidoarjo, yang juga bagian dari TP2TBC (Tim Percepatan Penanggulangan TBC) Kabupaten Sidoarjo, berkomitmen untuk ikut berperan aktif dalam program ambisius pemerintah, yaitu eliminasi TBC pada tahun 2028. Ini bukan sekadar target angka, tapi cita-cita besar untuk melihat warga Sidoarjo terbebas dari penyakit yang merenggut banyak harapan. Abdul Ghoni dan tim di lapangan bekerja keras memastikan bahwa bantuan ini tepat sasaran dan benar-benar bermanfaat bagi yang membutuhkan. Hari itu, dengan duduk bersila di lantai kayu, mereka berdiskusi panjang lebar. Abdul Ghoni menjelaskan rencana bantuan dari Baznas yang akan disinergikan dengan pengobatan medis dari PKM. Bantuan non-medis ini, dan dukungan lainnya, diharapkan dapat memperkuat tubuh Bapak Budi, agar ia lebih tahan dalam menjalani pengobatan yang tak sebentar. Kehadiran dr. Ratna dan kader kesehatan Krian menjadi bukti bahwa upaya ini adalah kolaborasi. Tak hanya pemerintah, masyarakat, dan Baznas yang berperan, tapi setiap individu di lingkaran kecil itu memiliki tugas yang saling melengkapi. Dalam kesederhanaan percakapan mereka, terlihat harapan dan keyakinan bahwa dengan kerja sama yang baik, impian untuk menghapuskan TBC dari bumi Sidoarjo akan terwujud. Di akhir pertemuan, Bapak Budi dan keluarganya tampak lebih tenang. Mungkin bukan hanya karena bantuan yang akan mereka terima, tetapi juga karena mereka merasa ditemani dalam perjuangan yang berat ini. Bagi mereka, bantuan Baznas bukan sekadar materi; ini adalah dukungan moral, sebuah pengingat bahwa di tengah segala keterbatasan, selalu ada yang peduli dan merangkul.
BERITA14/11/2024 | admin
Kacamata untuk Santri: Menebar Jernih di Dunia Pesantren
Kacamata untuk Santri: Menebar Jernih di Dunia Pesantren
Siang tadi, sinar matahari mengiringi langkah-langkah kecil para santri yang berbaris rapi di halaman Pondok Pesantren Al-Muayyad, An-Nafi'iyah, dan Al-Adliyah. Suasana berbeda terasa di antara canda dan tawa mereka, hari ini, mata mereka bersiap menatap dunia dengan pandangan yang lebih jernih. Melalui program "Kacamata untuk Santri," Baznas Sidoarjo membawa hadiah berharga untuk kesehatan mereka, melanjutkan ikhtiar menjaga kesehatan mata santri di bawah naungan program Sajadah (Santri Jatim Sehat dan Berkah). Program ini bermula dari sebuah musyawarah panjang di bulan Agustus lalu, ketika Baznas Sidoarjo bertemu dengan tokoh-tokoh masyarakat pondok pesantren. Dalam pertemuan itu, mereka berdiskusi tentang betapa pentingnya kesehatan mata bagi para santri yang setiap harinya berkutat dengan kitab-kitab suci dan ilmu pengetahuan. Keluhan mata yang buram dan mata yang sering terasa gatal mulai menjadi perhatian, hingga akhirnya terumuskanlah program pemeriksaan mata yang melibatkan 14 santri di tiga pesantren. Di awal program, para santri telah menjalani pemeriksaan awal untuk mendeteksi adanya trachoma—infeksi mata yang kerap menyerang anak-anak dan berpotensi menyebabkan kebutaan. Setelah hasil pemeriksaan menunjukkan perlunya alat bantu baca, Baznas Sidoarjo pun tak tinggal diam. Mereka berkomitmen memberikan bantuan kacamata agar para santri dapat belajar dengan optimal tanpa terhalang masalah penglihatan. Hari ini, 14 November 2024, tim dari Baznas Sidoarjo kembali hadir di ketiga pondok tersebut. Masing-masing santri yang membutuhkan menerima kacamata sesuai dengan resep mata mereka. Suasana haru dan kebahagiaan terlihat jelas di wajah para santri saat mencoba kacamata baru mereka. Bagi mereka, ini bukan hanya sekadar alat bantu, melainkan jalan baru untuk melihat dunia ilmu yang lebih luas dan terang. Kepedulian Baznas Sidoarjo dalam program Sajadah ini bukan hanya soal memberikan kacamata. Ini adalah bentuk keberlanjutan dari upaya mereka dalam menjaga kesehatan dan kesejahteraan santri, yang kelak akan menjadi penerus bangsa dan penyebar nilai-nilai kebaikan. Di antara tangan-tangan yang menjulurkan kacamata, terdapat harapan besar bahwa dengan penglihatan yang lebih baik, semangat belajar mereka pun akan semakin membara. Pengurus pondok pesantren turut menyampaikan rasa terima kasih mereka. Mereka sadar bahwa kesehatan mata adalah fondasi penting dalam menuntut ilmu. “Kacamata ini adalah amanah dari masyarakat yang harus kami manfaatkan dengan baik,” ujar salah satu pengasuh pondok. Dengan pandangan yang lebih jernih, para santri pun siap melangkah lebih jauh dalam mengukir prestasi. Program “Kacamata untuk Santri” adalah sebuah refleksi dari semangat gotong royong dan kepedulian bersama. Melalui dukungan dari Baznas Sidoarjo dan partisipasi aktif masyarakat, para santri kini memiliki pandangan yang lebih baik, tak hanya secara fisik tetapi juga dalam memandang masa depan.
BERITA14/11/2024 | admin
Rumah Baru Harapan Baru di Tarik
Rumah Baru Harapan Baru di Tarik
Rabu, 13 November 2024, matahari belum terlalu tinggi ketika Camat Tarik, Hary Subagio, menjejakkan langkah pertama menuju peletakan batu pertama pembangunan rumah layak huni di Kecamatan Tarik, Kabupaten Sidoarjo. Berbalut kaus Hijau tua dan topi , beliau tak sendiri. Dalam kegembiraan yang sederhana, berdiri di sampingnya adalah Bapak Sampeyono, seorang penjual bunga tabur di makam. Rumah barunya segera akan berdiri kokoh, bukan hanya sebagai tempat berteduh, tetapi juga sebagai simbol kepedulian pemerintah terhadap mereka yang gigih berjuang. Program Rumah Layak Huni BAZNAS RI ini tak hanya sekadar membangun tembok dan atap baru, tetapi juga membangun harapan. Di bawah naungan BAZNAS Kabupaten Sidoarjo, inisiatif ini menyapa Bapak Sampeyono yang tinggal di Desa Klantingsari. Bagi seorang penjual bunga tabur, hidup memang tak selalu harum, tetapi dengan adanya rumah baru ini, hidup menjadi sedikit lebih mudah dan penuh harapan. Tak jauh dari Desa Klantingsari, di Desa Segodobancang, kehadiran yang dinanti juga datang. M Ilhaminuddin, WAKA IV BAZNAS Kabupaten Sidoarjo, melakukan peletakan batu pertama bagi rumah Bapak Rohmad Khoiri, pria 46 tahun yang sehari-hari hidup bersama ibunya, seorang buruh tani. Kehadiran Ilhaminuddin, bersama kepala desa dan camat, menjadi pertanda bahwa kehadiran pemerintah bukan hanya ada di kantor, tetapi juga di sudut-sudut desa yang mungkin luput dari perhatian. Ada suasana syahdu di antara deretan batu bata, campuran semen, dan tangan-tangan yang bekerja. Rohmad Khoiri mungkin tak pernah menyangka, rumah yang akan ia tinggali bersama ibunya bukanlah sekadar bangunan, tetapi juga bukti bahwa hidup mereka tak terlewatkan dari radar kebaikan. Desa Segodobancang, tempat tinggal mereka, kini menjadi saksi bahwa bantuan bisa menyusup masuk ke setiap lapisan masyarakat. Program ini dilanjutkan dengan peletakan batu pertama untuk Bapak Buari, warga Desa Segodobancang lainnya. Kali ini, Ach Saleh, WAKA III BAZNAS Kabupaten Sidoarjo, mengambil peran. Buari, yang selama ini hidup dengan segala keterbatasan, kini memiliki kesempatan untuk memulai hidup yang lebih baik. Dalam diam, mungkin beliau merenung, merasakan ketulusan dari semua yang hadir untuk membantunya membangun tempat tinggal yang lebih layak. Semua yang hadir di sana – camat, kepala desa, dan tim dari BAZNAS – seakan memberikan dukungan moral yang tak bisa diukur hanya dari materi. Setiap batu yang diletakkan, setiap adukan semen yang dituang, menjadi lambang bahwa pemerintah dan BAZNAS sungguh-sungguh hadir untuk mereka yang membutuhkan. Dalam kegiatan ini, bukan hanya rumah yang dibangun, tetapi juga rasa percaya bahwa setiap warga layak untuk hidup layak. Dengan tuntasnya peletakan batu pertama ini, harapan besar menanti mereka yang selama ini berjuang di dalam keterbatasan. Tak ada yang lebih membahagiakan selain melihat senyum yang merekah di wajah-wajah yang selama ini berjuang. Program Rumah Layak Huni BAZNAS ini, bukan hanya memberi rumah, tetapi juga menghadirkan kembali arti kata “rumah” yang sesungguhnya – tempat yang memberi perlindungan, kehangatan, dan harapan yang selalu menyala.
BERITA13/11/2024 | admin
Langkah Kecil, Harapan Besar: BAZNAS Sidoarjo Beri Harapan Baru untuk Pak Ismail
Langkah Kecil, Harapan Besar: BAZNAS Sidoarjo Beri Harapan Baru untuk Pak Ismail
Rabu 13 November 2024, di Desa Wonokalang, Kecamatan Wonoayu, menjadi saksi pertemuan penuh haru antara BAZNAS Kabupaten Sidoarjo dan Pak Ismail, seorang bapak yang tak kenal lelah berjuang. Di dalam rumah sederhana, Pak Ismail berdiri dengan dukungan kaki palsu yang baru saja diserahterimakan oleh tim BAZNAS. Senyum tipis menghiasi wajahnya, penuh syukur dan harapan. Pak Ismail bukanlah sosok yang asing di lingkungannya. Sejak 2002, ia menanggung cobaan hidup yang tak mudah. Kecelakaan kerja sebagai sopir truk di daerah Porong membuatnya kehilangan telapak kaki. Sejak saat itu, ia harus menyesuaikan diri dengan kehidupan baru, menjalani keseharian tanpa telapak kaki kiri. Tak lama berselang, pandemi Covid-19 datang, dan musibah lain menghampiri: istrinya meninggal, meninggalkan Pak Ismail dengan beban kesepian yang bertambah. "Bantuan ini sangat berarti bagi saya. Alhamdulillah, akhirnya saya bisa berjalan dengan lebih nyaman lagi," ucap Pak Ismail terbata-bata sambil menahan air mata. Baginya, kaki palsu dari BAZNAS ini bukan hanya sebuah alat bantu, tetapi juga pemberian yang menumbuhkan semangat baru. Tak perlu lagi terpincang-pincang saat bekerja atau bergerak. Kini, ia bisa melanjutkan hari-harinya dengan langkah yang lebih percaya diri. BAZNAS Kabupaten Sidoarjo, melalui program bantuan sosialnya, terus hadir untuk membantu masyarakat yang membutuhkan. Wakil Ketua IV, M. Ilhaminuddin, menyampaikan bahwa bantuan kaki palsu ini merupakan bagian dari komitmen BAZNAS dalam mendampingi masyarakat yang rentan. “Kami di BAZNAS merasa berkewajiban untuk hadir di tengah-tengah masyarakat, terutama bagi mereka yang mengalami keterbatasan fisik akibat kecelakaan atau penyakit,” ujarnya. Penyerahan kaki palsu ini pun dihadiri oleh Achmad Saleh, Wakil Ketua III BAZNAS Sidoarjo, yang secara langsung turut menyerahkan kaki palsu tersebut kepada Pak Ismail. "Ini adalah bukti bahwa BAZNAS selalu berusaha mendampingi masyarakat hingga ke tingkat akar rumput. Kami berharap bantuan ini bisa mempermudah Pak Ismail dalam beraktivitas," ujar Achmad, penuh semangat. Bantuan kaki palsu ini tak hanya sekadar pemberian fisik, tetapi juga lambang kepedulian sosial dari BAZNAS Kabupaten Sidoarjo. Ilhaminuddin dan Achmad Saleh, dengan senyuman penuh harapan, tampak meyakinkan bahwa BAZNAS akan selalu menjadi garda terdepan dalam pelayanan sosial. Mereka berharap, langkah kecil ini dapat membawa perubahan besar dalam kehidupan Pak Ismail. Pak Ismail kini tak lagi merasa sendiri. Dengan langkah baru, ia siap menjalani hari-hari ke depan dengan penuh semangat. Baginya, bantuan kaki palsu ini adalah simbol kehidupan baru, simbol bahwa meski badai telah menghantam, harapan selalu hadir di akhir. BAZNAS Sidoarjo hadir sebagai pengingat bahwa tak ada yang sendiri dalam kesulitan, selalu ada uluran tangan yang siap membantu.
BERITA13/11/2024 | admin
Harapan Baru di Tengah Keterbatasan untuk Ibu Anik dan Keluarga
Harapan Baru di Tengah Keterbatasan untuk Ibu Anik dan Keluarga
Hari ini, Selasa, 12 November 2024, Baznas Sidoarjo menyalurkan bantuan biaya hidup untuk Ibu Anik Farida (50), warga Tawangsari RT 01/RW 02 Kecamatan Taman. Ibu Anik adalah seorang kepala rumah tangga yang menjalani kehidupan penuh perjuangan sebagai ibu tunggal dari lima anak setelah suaminya meninggal beberapa waktu lalu. Di usia senja, ia menghidupi keluarganya dengan pekerjaan serabutan, berjuang sendirian di tengah himpitan ekonomi. Selama ini, Ibu Anik tinggal di sebuah rumah yang berdiri di atas tanah milik PT KAI, tepat di desa Tawangsari. Secara fisik, rumah tersebut sangat jauh dari layak huni, namun di situlah ia berteduh bersama anak-anaknya. Sayangnya, karena status tanah yang ditempati bukan miliknya, Baznas Sidoarjo tidak bisa memberikan bantuan bedah rumah kepada beliau, meskipun pengajuan sudah diajukan beberapa waktu lalu. "Kondisi rumah beliau memang memprihatinkan, tapi aturan dan keterbatasan administrasi membuat kami tidak bisa melakukan bedah rumah,” kata M. Shofwan, salah satu staf Baznas Sidoarjo yang menangani langsung kasus ini. Namun, Baznas Sidoarjo tidak tinggal diam. Menyadari kondisi Ibu Anik yang semakin sulit, pimpinan Baznas memutuskan untuk memberikan bantuan biaya hidup sebagai bentuk dukungan dan keprihatinan. Bantuan ini diserahkan langsung oleh M. Shofwan pada hari ini. Dalam penyerahan bantuan, tampak wajah Ibu Anik yang penuh syukur. Bagi Baznas, ini adalah langkah kecil namun penuh makna bagi mereka yang membutuhkan. “Kadang, keputusan seperti ini berat juga,” ujar Shofwan, “Kita dihadapkan dengan realitas bahwa bantuan bedah rumah tidak bisa diberikan. Jadi, kami ambil jalan tengah dengan memberikan bantuan biaya hidup. Harapannya, ini bisa meringankan beban hidup Ibu Anik dan anak-anaknya, walaupun hanya sementara.” Anak pertama Ibu Anik memang sudah bekerja, namun dengan tanggungan empat adik yang masih membutuhkan perhatian, bantuan dari Baznas menjadi berkah yang tak ternilai. Anak-anak lainnya masih mengenyam pendidikan, dan di tengah keterbatasan ekonomi, Ibu Anik tetap berharap bisa memberikan masa depan yang lebih baik bagi mereka. "Saya sangat berterima kasih, ini benar-benar membantu kami," ujar Ibu Anik dengan mata yang berkaca-kaca. Kehidupan keras yang dijalani oleh Ibu Anik adalah potret realita sebagian masyarakat yang tinggal di lahan bukan milik mereka. Situasi ini menghambat akses terhadap bantuan fasilitas yang mereka butuhkan. Baznas memahami betul kondisi ini, sehingga di tengah keterbatasan tersebut, mereka mencari solusi lain agar tetap bisa membantu Ibu Anik dan keluarga. Baznas Sidoarjo berharap bantuan ini dapat sedikit meringankan beban hidup Ibu Anik, meskipun tidak dalam bentuk yang diinginkannya. "Semoga bantuan ini bisa menjadi penyemangat buat beliau," tambah Shofwan. Sebuah harapan kecil dari sebuah lembaga, agar hari-hari Ibu Anik dan keluarganya bisa sedikit lebih ringan di tengah hidup yang penuh perjuangan.
BERITA12/11/2024 | admin
Langkah Baru untuk Bapak Tamaji
Langkah Baru untuk Bapak Tamaji
Selasa siang 12 november 2024, di Desa Sawocangkring, Kecamatan Wonoayu, menjadi hari bersejarah bagi Bapak Tamaji. Sudah lima tahun berlalu sejak kecelakaan yang merenggut kaki kanannya. Ketika itu, roda tiga yang biasa ia gunakan untuk berjualan buah tergelincir, kecelakaan tunggal, mengubah hidupnya dalam sekejap. Sejak saat itu, kesehariannya menjadi tantangan yang tidak pernah ia bayangkan. Namun, di bawah cahaya lembut matahari siangi, langkah baru menyapanya melalui bantuan kaki palsu dari Baznas Sidoarjo. Hari itu, Wakil Ketua III Baznas, Achmad Saleh, dan Wakil Ketua IV, M. Ilhaminuddin, datang langsung untuk menyerahkan kaki palsu tersebut. Bukan sekadar sebuah alat, kaki palsu ini adalah harapan baru bagi Bapak Tamaji untuk kembali menjalani hidupnya dengan lebih mandiri. “Baznas hadir untuk memberikan bantuan nyata yang bisa mengubah kehidupan. Kami berharap, kaki palsu ini dapat membawa manfaat yang besar bagi Bapak Tamaji,” ujar Achmad Saleh penuh kehangatan. Dengan wajah yang penuh rasa syukur, Bapak Tamaji mengangguk. Ia bercerita tentang betapa sulitnya lima tahun terakhir ini. "Setiap hari saya harus bergantung pada tongkat. Saya tahu harus kuat, tapi di dalam hati, saya selalu rindu berjalan dengan dua kaki, seperti dulu," katanya dengan mata berkaca-kaca. Bantuan ini memberinya kesempatan untuk menata ulang kehidupannya, untuk kembali berdiri tegak tanpa perlu bantuan tongkat. Hari ini, di hadapan keluarga dan warga sekitar, Bapak Tamaji mencoba langkah pertamanya dengan kaki barunya. Semua yang hadir turut menyaksikan momen ini dengan haru. “Saya merasa seolah mendapatkan kembali sebagian dari hidup saya yang hilang. Terima kasih, Baznas, telah memberi saya kesempatan untuk berjalan lagi,” ujarnya penuh emosi. Setiap langkahnya mengalirkan semangat baru, mengingatkan bahwa usia atau keadaan tak akan membatasi seseorang untuk berjuang. Achmad Saleh menambahkan, “Ini adalah salah satu upaya Baznas dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang membutuhkan. Kami di sini bukan sekadar memberi bantuan, tetapi juga menyampaikan pesan bahwa setiap orang berhak mendapatkan kehidupan yang lebih baik.” Kehadiran Baznas hari ini menandakan bahwa masyarakat tak pernah benar-benar dibiarkan sendirian menghadapi kesulitan mereka. M. Ilhaminuddin, Wakil Ketua IV Baznas Sidoarjo, juga mengungkapkan harapannya agar bantuan ini menjadi awal yang baik bagi Bapak Tamaji. “Kami ingin setiap bantuan yang kami berikan memiliki dampak yang nyata, mengembalikan semangat hidup bagi mereka yang menerimanya. Semoga kaki palsu ini menjadi sarana bagi Pak Tamaji untuk meraih kembali mimpinya,” kata Ilhaminuddin dengan senyum penuh doa. Dengan bantuan ini, Bapak Tamaji tak hanya mendapat kaki palsu, tetapi juga sebuah dukungan tak terlihat dari komunitasnya. Bagi Bapak Tamaji, bantuan ini adalah anugerah yang tak ternilai, mengembalikan sebagian dari dirinya yang hilang, dan memberinya semangat baru untuk melangkah ke depan.
BERITA12/11/2024 | admin
Menggapai Asa di Rumah Pak Sugiman
Menggapai Asa di Rumah Pak Sugiman
Di bawah langit Wadungasih yang cukup terik namun penuh optimisme harapan, Baznas Sidoarjo memulai langkah mulia mereka. Selasa, 12 November 2024, menjadi saksi dimulainya perbaikan rumah Bapak Sugiman, warga Desa Wadungasih, Kecamatan Buduran, Sidoarjo. Di rumah yang sudah puluhan tahun bertahan tanpa tembok, hanya berdindingkan kayu dan anyaman bambu, Pak Sugiman, pria berusia 73 tahun, bersama istrinya, terus bertahan hidup, mengandalkan warung kecil di sudut rumah mereka. Kehidupan sederhana di atas pondasi yang renta, seperti memberi pesan tentang ketabahan manusia pada alam semesta. Baznas Sidoarjo datang tak hanya sebagai tamu, tetapi sebagai harapan. Wakil Ketua III, Achmad Saleh, dan Wakil Ketua IV, M. Ilhaminuddin, hadir dengan janji yang bukan sekadar kata-kata. Dengan simbolis, mereka memulai pembangunan kembali rumah Pak Sugiman, menghadirkan asa baru dalam hidupnya. Setiap kali palu diketuk, setiap kali kayu berdiri, adalah doa agar rumah ini kelak menjadi tempat berteduh yang layak dan aman bagi Pak Sugiman dan istrinya. Ilhaminuddin menyampaikan harapannya dengan penuh ketulusan, "Rumah ini bukan sekadar bangunan fisik, tetapi tempat di mana doa-doa dipanjatkan, cinta dirajut, dan keluarga berlindung dari kerasnya kehidupan. Baznas berkomitmen untuk mewujudkan hunian yang layak bagi masyarakat yang membutuhkan." Kata-katanya bukan hanya penghibur, melainkan dorongan bagi kita semua untuk turut serta dalam setiap langkah kecil yang mereka tempuh. Pak Sugiman, dengan mata berbinar namun tetap tenang, menerima niat baik ini dengan kerendahan hati. Ia tak banyak berkata, namun senyumnya tak bisa menyembunyikan rasa terima kasih yang mendalam. Selama ini, bersama istrinya, ia hanya mampu bergantung pada warung kecil untuk menyambung hidup. Siang itu, ia berdiri, memandang kayu-kayu baru yang akan menjadi tembok rumahnya, berharap mereka bisa bertahan kuat menghadapi waktu. Program Rumah Layak Huni Baznas tahun ini mengalokasikan empat rumah untuk direhabilitasi, dan rumah Pak Sugiman adalah salah satunya. Tiga rumah lainnya berada di Kecamatan Tarik, tepatnya di Desa Segodo, Bacang, dan Klantingsari. Program ini hadir bukan sekadar renovasi, tetapi sebagai pemugaran harapan. Setiap rumah yang direhab, setiap keluarga yang terbantu, adalah kisah tentang kebersamaan dan gotong royong yang tertanam dalam budaya bangsa. Acara yang dihadiri PLT Kepala Desa Wadungasih, Gelar Agung Baginda, membawa suasana penuh apresiasi. Ia dengan bangga menyampaikan rasa terima kasih kepada Baznas atas kepeduliannya terhadap masyarakat kecil di desanya. “Bantuan ini menunjukkan bahwa kita semua, pihak pemerintah maupun organisasi masyarakat, dapat saling bahu-membahu. Semoga ini menjadi awal dari lebih banyak perubahan positif di desa kita,” ujarnya dengan semangat yang menular. Ketika sore menjelang, bayang-bayang rumah baru Pak Sugiman semakin nyata. Di sana, di bawah atap yang mulai dibangun, tersimpan harapan besar untuk kehidupan yang lebih baik. Baznas Sidoarjo telah menabur kebaikan, dan semoga ia bertumbuh menjadi inspirasi bagi kita semua, untuk selalu hadir dalam kehidupan mereka yang membutuhkan.
BERITA12/11/2024 | admin
Rumah Layak Huni Baznas: Kebaikan yang Menghujani Bapak Hasyim dan Bapak Amirrudin
Rumah Layak Huni Baznas: Kebaikan yang Menghujani Bapak Hasyim dan Bapak Amirrudin
Sidoarjo, 11 November 2024 - BAZNAS Kabupaten Sidoarjo kembali turun tangan di lapangan, memastikan program bedah rumah yang dicanangkan mencapai sasaran yang tepat dan memberi dampak nyata. Senin pagi itu, Pak Ilham dan Pak Saleh, Wakil Ketua BAZNAS Sidoarjo, berjalan dari rumah ke rumah. Mereka ingin melihat langsung perubahan yang terjadi di dua rumah penerima manfaat: Bapak Hasyim dari Desa Tambak Oso, dan Bapak Amirrudin dari Desa Damarsi, Kecamatan Waru. Bapak Hasyim, seorang lelaki renta yang dulu bekerja sebagai satpam, kini tinggal bersama istrinya di sebuah rumah berdinding bata yang baru saja dibangun. “Alhamdulillah, sekarang rumah kami sudah kuat, nggak takut roboh kalau ada angin kencang,” katanya sembari tersenyum. Dulu, mereka tinggal di rumah gedeg yang sering bocor dan berisiko. Di usianya yang senja, Bapak Hasyim mengaku bahwa bantuan ini adalah berkah tak terhingga bagi dia dan istrinya yang kini tidak bekerja. Pak Ilham waki ketua IV BAZNAS Sidoarjo menyampaikan bahwa program ini ditujukan untuk memberi kepastian tempat tinggal layak bagi masyarakat yang benar-benar membutuhkan. “Kami ingin rumah ini tidak hanya jadi tempat berlindung dari hujan dan panas, tapi juga tempat yang nyaman untuk hidup,” ungkap Pak Ilham. Perubahan rumah Bapak Hasyim kini menjadi bukti nyata dari kepedulian masyarakat melalui zakat dan sedekah yang diamanahkan kepada BAZNAS. Sementara itu, di Desa Damarsi, Bapak Amirrudin menyambut para tamu di rumahnya yang dulu atapnya hampir roboh dan selalu kebanjiran saat hujan. Pedagang pentol keliling ini tak kuasa menahan haru ketika menceritakan kondisi rumah lamanya. "Dulu kalau hujan deras, rumah ini bocor di mana-mana, lantainya banjir, anak-anak sering demam," ujarnya sambil mengusap mata. Program bedah rumah ini tak hanya membangun ulang, tetapi juga memperbaiki kondisi mental keluarga penerima manfaat. Bapak Amirrudin kini bisa tenang, tak perlu khawatir anak-anaknya terkena penyakit karena tinggal di rumah yang tidak sehat. “Terima kasih kepada semua yang sudah membantu kami,” katanya dengan nada yang bergetar. Pak Saleh,wakil ketua III Baznas Sidoarjo yang turut mendampingi, menegaskan bahwa program ini adalah salah satu bentuk nyata dari distribusi zakat yang efektif. “Kami berharap, apa yang kita lakukan hari ini bisa menjadi inspirasi dan bukti bahwa zakat benar-benar bisa mengubah hidup seseorang. Bukan sekadar bantuan materi, tapi juga memberi harapan,” kata Pak Saleh. Kepala Desa Damarsi juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada BAZNAS atas kepeduliannya yang nyata bagi warganya. Monitoring ini tidak hanya sekadar kunjungan, tapi bukti bahwa setiap rupiah dari masyarakat dikelola dan disalurkan dengan penuh tanggung jawab
BERITA11/11/2024 | admin
Harapan yang Terwujud: Ibu Sulipah , Kepala Rumah Tangga Perempuan Memiliki Rumah Layak Huni
Harapan yang Terwujud: Ibu Sulipah , Kepala Rumah Tangga Perempuan Memiliki Rumah Layak Huni
Di sebuah sudut kecil di Desa Kajeksan, Kecamatan Tulangan, Kabupaten Sidoarjo, berdiri rumah dengan dinding bambu yang tampak lapuk. Rumah ini milik Ibu Sulipah, seorang perempuan tangguh yang telah melewati berbagai ujian hidup. Ibu Sulipah adalah kepala rumah tangga yang membesarkan cucunya seorang diri setelah kepergian suaminya. Dengan pendapatan minim sebagai buruh tani, ia harus berjibaku demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Tak jarang, keterbatasan ini memaksanya tinggal di tempat yang nyaris tidak layak disebut rumah. Sebelum rumahnya direnovasi, Ibu Sulipah menempati ruangan yang sempit. Dindingnya berlubang, lantainya beralaskan tanah, dan setiap malam ia harus berjuang melawan tikus-tikus yang kerap mengganggu tidurnya. “Kadang, saya tidak bisa tidur nyenyak. Tikus-tikus menggigit dan mengganggu setiap malam. Itu masa-masa yang sangat berat,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca. Namun, di tengah himpitan masalah ini, Ibu Sulipah menyimpan sebuah harapan sederhana: rumah yang layak, tempat ia dan cucunya bisa tidur dengan tenang. Pada hari Jumat, 8 November 2024, sebuah momen yang tak pernah terbayangkan oleh Ibu Sulipah terjadi. Tim dari Baznas Kabupaten Sidoarjo datang untuk melakukan monitoring rumah hasil program bedah rumah. Dalam kunjungan ini, suasana penuh kehangatan tampak jelas di wajah-wajah yang hadir, baik dari tim Baznas yang menyaksikan perubahan besar dalam hidup Ibu Sulipah. Tak terbayangkan kondisi rumah sebelum renovasi, ketika Ibu Sulipah masih bertahan di rumah sempit dengan dinding seadanya. Program bedah rumah yang dikelola Baznas Sidoarjo ini menjadi bukti nyata bahwa impian yang mungkin tampak mustahil bisa terwujud dengan sinergi dan kepedulian bersama. Setelah proses renovasi selesai, rumah Ibu Sulipah kini berubah menjadi tempat tinggal yang lebih layak dan nyaman. Rumah dengan dinding kokoh dan lantai yang bersih menjadi simbol perjuangan panjang serta harapan yang akhirnya terwujud. “Saya tidak tahu harus berkata apa. Terima kasih banyak untuk semuanya. Dulu saya hanya bisa bermimpi punya rumah seperti ini, sekarang benar-benar terjadi,” ungkap Ibu Sulipah dengan rasa syukur yang mendalam. Air matanya mengalir ketika ia menyaksikan rumah yang kini menjadi tempat tinggalnya bersama sang cucu. Tak ada lagi ketakutan akan serangan tikus di malam hari, tak ada lagi atap bocor saat hujan turun. Ia bisa memulai babak baru dalam hidupnya dengan rasa aman dan nyaman. Ibu Sulipah mengingat bagaimana perjuangan hidupnya selama bertahun-tahun. Menjadi buruh tani dengan penghasilan yang tidak seberapa, ia kerap harus mengorbankan banyak hal demi cucunya. Tetapi hari itu, kehadiran tim Baznas menjadi jawaban atas doanya selama ini. Ia tidak lagi merasa sendiri dalam menghadapi kerasnya hidup. Ada tangan-tangan yang bersedia membantu, memberikan secercah harapan yang nyata. Perubahan ini bukan hanya sekadar fisik. Lebih dari itu, ini adalah perubahan besar dalam semangat dan motivasi Ibu Sulipah. Kini, ia memiliki tempat yang layak untuk beristirahat, tempat untuk berjuang kembali esok hari dengan semangat baru. Bagi tim Baznas Sidoarjo, kisah Ibu Sulipah adalah pengingat akan pentingnya kepedulian terhadap sesama. Setiap senyum yang terukir adalah hasil dari gotong royong dan cinta kasih yang tulus.
BERITA09/11/2024 | admin
Dari Kripik ke Kitab: Jejak Usaha dan Dakwah H. Zaini di Wilayut
Dari Kripik ke Kitab: Jejak Usaha dan Dakwah H. Zaini di Wilayut
Sinar matahari pagi menyusup perlahan di Desa Wilayut, Kecamatan Sukodono, Sidoarjo. Pagi itu, 30 Oktober 2024, H. Zaini duduk santai di teras Langgar Wakaf miliknya. Di sela aktivitas produksi keripik gadung. Tak ada yang lebih berharga baginya selain berbagi ilmu dan membuka jalan bagi rezeki halal. Hari itu berbeda, ia tak hanya menyambut para santri kecilnya, tetapi juga rombongan dari BAZNAS Sidoarjo yang hadir untuk melakukan monitoring bantuan usahanya. Para tamu yang hadir pagi itu terlihat akrab dengan suasana pedesaan yang tenang. Achmad Saleh dan M. Ilhaminudin, Wakil Ketua III dan IV BAZNAS Sidoarjo, datang dengan didampingi tim pelaksana BAZNAS serta beberapa dosen dari LPPM Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA). Mereka duduk santai, berbincang akrab dengan H. Zaini yang mengenakan baju sederhana namun penuh wibawa. Di depannya, produk-produk keripik gadung dengan merek “Karapan Sapi” tertata rapi, siap untuk dipasarkan ke berbagai warung kopi di sekitar Sukodono. H. Zaini bukan sekadar pengusaha kripik biasa. Pria asal Madura ini memiliki dua peran utama dalam hidupnya—sebagai ustadz dan pengusaha. Ia berhasil membawa produk keripik gadungnya masuk ke lebih dari 40 warung kopi (warkop) di wilayah Sukodono. Awalnya, ia hanya memproduksi kripik gadung ketika ada bahan baku. Namun, sejak mengikuti pelatihan yang diadakan UMSIDA beberapa waktu lalu, ia mulai belajar strategi baru: tidak menggantungkan produksi hanya pada satu jenis bahan baku. Kini, emping melinjo juga mulai menghiasi produknya. Pagi itu, H. Zaini bercerita kepada rombongan BAZNAS dan LPPM UMSIDA tentang perjalanannya merintis usaha. “Dulu, saya hanya produksi saat bahan gadung tersedia. Tapi sekarang, saya lebih siap dengan berbagai opsi bahan baku. Ini hasil dari pelatihan kemarin. Kalau satu bahan bermasalah, kita punya alternatif lain,” ujarnya sembari menunjukkan tumpukan emping melinjo di sudut langgar. Pembicaraan terus mengalir, mencampur aduk kisah usaha dan dakwah dalam satu cerita penuh inspirasi. Para tamu terlihat antusias mendengarkan kisahnya. Mereka tak hanya datang untuk meninjau perkembangan usaha, tetapi juga memberi dukungan moral dan bimbingan. Achmad Saleh, salah satu perwakilan BAZNAS, mengungkapkan bahwa mereka ingin memastikan bantuan yang diberikan benar-benar mampu memberdayakan penerima. “Kami ingin mendampingi, bukan hanya sekadar memberikan modal. Harapannya, usaha seperti milik Pak Zaini ini bisa menginspirasi yang lain untuk berdikari,” ujarnya dengan penuh keyakinan. Tak lama kemudian, tim BAZNAS dan LPPM UMSIDA melanjutkan sesi monitoring mereka, mencatat perkembangan yang sudah dicapai H. Zaini dan mendiskusikan beberapa strategi pemasaran ke depan. Bagi H. Zaini, usaha ini bukan sekadar mencari keuntungan, tetapi lebih pada keberkahan. Setiap helai keripik gadung yang ia goreng dan bungkus, setiap emping melinjo yang ia siapkan, adalah doa yang ia titipkan. Doa agar usahanya bisa terus berkembang, dan berkahnya mengalir kepada banyak orang. Ketika siang menjelang, rombongan pun pamit. H. Zaini kembali ke rutinitasnya, menyiapkan bahan-bahan untuk produksi sore hari. Namun, baginya, kehadiran tamu-tamu dari BAZNAS dan UMSIDA meninggalkan jejak yang mendalam. Ia tersenyum dalam hati, merasa semakin kuat dan yakin akan langkahnya. Karena baginya, usaha dan dakwah tak pernah bisa dipisahkan. Mereka adalah jalan menuju berkah, diiringi doa yang mengalir dalam setiap aktivitas sehari-harinya.
BERITA09/11/2024 | admin
Menjaga Amanah, Membangun Harapan
Menjaga Amanah, Membangun Harapan
Pagi yang cerah di Desa Mojoruntut, Kecamatan Krembung, Sidoarjo, pada 8 November 2024. Rumah sederhana milik Pak Erwin Setyawan, yang dulunya reyot dan tak layak huni, kini berdiri dengan tampilan baru. Hari itu, BAZNAS Sidoarjo hadir dalam acara monitoring program “Bedah Rumah Layak Huni.” Rumah Pak Erwin kini telah selesai direnovasi, dilengkapi dengan fasilitas jamban dan septic tank, memberikan kehidupan yang lebih layak bagi keluarga kecilnya. Achmad Saleh, Wakil Pimpinan III BAZNAS Sidoarjo, memimpin langsung kegiatan monitoring ini. Ia melihat dengan seksama setiap sudut rumah, memastikan bahwa dana zakat yang dihimpun dari JNE Sidoarjo telah dimanfaatkan dengan optimal. Dalam bincang hangat di teras rumah Pak Erwin, Achmad Saleh menegaskan makna penting dari program ini. "Kami di BAZNAS bukan hanya menyalurkan zakat, tapi juga menjaga amanah ini agar benar-benar sampai pada mereka yang membutuhkan. Bedah rumah ini bukan sekadar memperbaiki bangunan, tapi juga membangun harapan baru bagi penerima manfaat," ujarnya. Pak Erwin, sang penerima manfaat, menyampaikan rasa syukurnya dengan penuh haru. Baginya, rumah ini adalah berkah besar yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. "Dulu rumah ini hampir roboh, bahkan kalau hujan kami takut karena atapnya bocor di mana-mana. Tapi sekarang, kami bisa tidur dengan tenang. Terima kasih kepada BAZNAS dan JNE atas bantuan ini. Ini bukan hanya rumah baru, tapi juga kehidupan baru bagi kami," ucap Pak Erwin dengan mata berkaca-kaca. Achmad Saleh melanjutkan inspeksi di area belakang rumah, tempat jamban dan septic tank baru dibangun. Baginya, fasilitas ini adalah bagian esensial dari program bedah rumah, yang tidak hanya memperhatikan kelayakan tempat tinggal tapi juga aspek kesehatan. “Kita ingin setiap penerima manfaat punya kehidupan yang lebih baik, tidak hanya tempat berlindung tapi juga sanitasi yang memadai. Zakat yang disalurkan JNE ini memberikan kesempatan bagi keluarga seperti Pak Erwin untuk hidup lebih layak dan sehat,” jelas Achmad Saleh sambil tersenyum bangga. Masyarakat sekitar pun turut menyaksikan kegiatan monitoring tersebut. Bagi mereka, rumah Pak Erwin yang kini berdiri kokoh adalah inspirasi tersendiri. Salah seorang tetangga mengatakan, “Melihat rumah Pak Erwin yang sudah diperbaiki, kami merasa bahagia. Ini bukti bahwa di desa kami, masih ada perhatian dari lembaga yang peduli seperti BAZNAS dan JNE.” Kehadiran BAZNAS dan JNE seolah menjadi pengingat bahwa kepedulian bisa hadir di mana saja, bahkan di pelosok desa. Sebagai bagian dari program sosial perusahaan, JNE Sidoarjo melalui zakatnya berharap bahwa bantuan ini tidak berhenti di sini. Mereka ingin memastikan bahwa dampak positif bisa dirasakan lebih luas. "Kami di JNE percaya, zakat adalah wujud kepedulian perusahaan terhadap masyarakat. Melalui BAZNAS, kami bisa memastikan zakat ini benar-benar membawa manfaat bagi yang membutuhkan," kata perwakilan JNE yang turut hadir dalam monitoring. Di penghujung acara, Achmad Saleh menutup dengan pesan haru. "Program ini bukan hanya untuk saat ini, tapi untuk masa depan mereka. Kita tidak tahu seberapa besar arti rumah ini bagi Pak Erwin dan keluarganya, tapi kita berharap, harapan yang sudah kita bangun bersama ini bisa terus terjaga. Terima kasih kepada JNE atas kepercayaan dan kerja samanya. Semoga langkah kecil ini bisa terus menjadi bagian dari langkah besar kita untuk membangun kebaikan di mana pun."
BERITA09/11/2024 | admin
Menembus Sungai, Menyapa Dusun Tersembunyi: Kiprah Baznas Sidoarjo di Kepetingan
Menembus Sungai, Menyapa Dusun Tersembunyi: Kiprah Baznas Sidoarjo di Kepetingan
Jumat, 8 November 2024, menjadi hari yang bermakna bagi masyarakat Dusun Kepetingan, Desa Sawohan, Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo. Baznas Sidoarjo melalui program "Sidoarjo Taqwa" kembali mengirimkan seorang khatib ke dusun terpencil ini. Misi ini bukan sekadar melaksanakan salat Jumat, tetapi juga menjadi penghubung spiritual bagi masyarakat Kepetingan yang harus ditempuh melalui perjalanan sungai selama sekitar 45 menit. Perjalanan berliku yang ditempuh setiap dua minggu ini membawa kehadiran sosok-sosok berilmu untuk menyebarkan kebaikan dan pesan moral bagi warga di wilayah yang penuh dengan tantangan aksesibilitas ini. Hari ini,KH Agus Tanzilul Furqon atau yang akrab disapa Gus Tanzil, naik ke atas mimbar kayu yang sederhana di masjid kecil dusun itu. Beliau menyampaikan khotbahnya dengan penuh hikmat, mengutip hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari: “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik.” Ia juga mengingatkan tentang pentingnya perkataan yang benar dengan mengutip ayat Al-Qur’an, agar umat selalu berada dalam bimbingan kebaikan. Kehadirannya bukan sekadar khotib, namun juga simbol kehadiran agama dan nilai-nilai mulia dalam kehidupan masyarakat terpencil ini. Gus Tanzil bukanlah sosok asing bagi masyarakat Sidoarjo. Sebagai cucu dari KH Romli Syarif, ulama kharismatik yang pernah menjadi pengasuh Pondok Pesantren Roudhotul Ulum, Candi, beliau melanjutkan estafet kepemimpinan yang diwariskan oleh ayahnya, KH Firdaus Romli. Saat ini, Gus Tanzil tak hanya memimpin pondok pesantren Adil Makmur, namun juga aktif sebagai Sekretaris MUI Kabupaten Sidoarjo. Kehadirannya di Kepetingan menambah makna bagi program Baznas Sidoarjo, menghubungkan masyarakat dengan tokoh yang memahami tradisi keagamaan dan dekat dengan hati mereka. Dusun Kepetingan memang memiliki pesona tersendiri. Lokasinya yang terisolasi menjadikan perjalanan ke sana penuh tantangan. Jalur darat hanya bisa diakses dengan sepeda motor saat musim kemarau karena sempitnya pematang tambak yang lebarnya hanya 30 cm. Namun, perjalanan melalui jalur sungai menjadi pilihan utama. Sungai selebar 20 meter yang dilewati menuju dusun ini dipenuhi pohon rindang di kanan-kiri yang daunnya menjuntai ke permukaan air, menghadirkan pemandangan hijau yang eksotis. Suasana alami ini sekilas mengingatkan pada keindahan sungai-sungai di pedalaman Kalimantan. Kepetingan juga memiliki daya tarik lain yang jarang diketahui banyak orang, yakni Makam Dewi Sekardadu. Sebagai salah satu tempat wisata religi, makam ini menyimpan kisah sejarah tentang Dewi Sekardadu, putri Raja Blambangan pada abad ke-14. Sayangnya, keterbatasan akses membuat makam ini jarang dikunjungi, hanya ramai pada momen-momen tertentu. Padahal, tempat ini sangat cocok bagi para peziarah yang ingin menikmati wisata dengan nuansa religi dan sejarah. Keberadaan program Sidoarjo Taqwa yang digagas Baznas Sidoarjo adalah angin segar bagi masyarakat Kepetingan. Dengan adanya khatib yang dikirim secara rutin, warga merasa lebih terhubung dengan ajaran agama dan nilai-nilai moral. Tidak hanya menjadi bagian dari ibadah rutin, kegiatan ini juga menjadi momentum bagi warga untuk mendapatkan pembinaan spiritual yang biasanya sulit mereka akses. Program ini tidak hanya menghidupkan suasana spiritual di Kepetingan, tetapi juga menjadi pengingat bagi kita semua bahwa agama dan nilai-nilai kebaikan dapat hadir bahkan di tempat-tempat yang terpencil. Dusun Kepetingan, dengan segala keterbatasannya, mengajarkan kita arti ketekunan dan kepedulian. Masyarakat di sana tetap menjalankan ibadah dengan penuh semangat, meski untuk mendapatkan pembinaan agama harus menunggu dua minggu sekali. Keberadaan Baznas dan para khatib yang berdedikasi seperti Gus Tanzil menjadi inspirasi bahwa setiap langkah kecil dalam menyebarkan kebaikan mampu menerangi hati, bahkan di pelosok-pelosok yang jarang dijamah.
BERITA08/11/2024 | admin
Komitmen wujudkan Kemandirian Lewat Data Terpadu
Komitmen wujudkan Kemandirian Lewat Data Terpadu
Surabaya, November 07 - Bagi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Sidoarjo saat berpartisipasi hadir dalam acara Rapat Koordinasi (Rakor) Kementerian Agama (Kemenag) dengan berbagai baznas kabupaten/kota dan LAZ Jawa Timur di hotel movenpick, merupakan momen yang sangat penting. Pertemuan ini membahas pemanfaatan data Registrasi Sosial Ekonomi (Regsosek) untuk meningkatkan efektivitas penyaluran Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) bagi masyarakat yang membutuhkan. Ahmad Karim, Direktur Penanggulangan Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), menekankan pentingnya pemanfaatan data Regsosek dalam perencanaan dan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan. "Akurasi penyaluran bantuan sosial dalam empat tahun terakhir hanya mencapai 41,5%, jauh di bawah target 57%," ungkapnya saat memberikan pemaparan di acara tersebut. Hal serupa disampaikan oleh Kukuh Tri Sandi, Kepala Bidang Pemerintahan dan Pembangunan Manusia Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Jawa Timur. Menurutnya, data Regsosek dapat membantu mengatasi permasalahan penanganan kemiskinan, seperti inclusion dan exclusion error. "Dengan data yang akurat, kami dapat merencanakan program yang lebih tepat sasaran," terangnya. Provinsi Jawa Timur sendiri masih menjadi salah satu provinsi dengan jumlah penduduk miskin terbanyak di Indonesia, yaitu 3,98 juta jiwa atau 9,79% dari total penduduk. Di Sidoarjo sendiri , yang merupakan kabupaten dengan persentase kemiskinan cukup rendah di Jawa Timur, no 35 dari 38 kab/kota , masih tercatat 109.390 orang miskin atau 4,7 % dari total penduduk. Namun, di tengah angka kemiskinan yang masih tinggi, Indonesia tercatat sebagai negara dengan tingkat donor terbesar di dunia, sesuai dengan World Giving Index. Hal ini menjadi potensi besar bagi lembaga filantropi seperti BAZNAS untuk mengoptimalkan penyaluran dana ZIS kepada masyarakat yang membutuhkan. Melalui pemanfaatan data Regsosek, BAZNAS Sidoarjo berharap dapat meningkatkan akurasi penyaluran bantuan dan mendorong kemandirian masyarakat. Konvergensi program yang menyasar penurunan beban pengeluaran dan peningkatan pendapatan diharapkan dapat membantu mengentaskan kemiskinan di Sidoarjo secara berkelanjutan. "Data adalah kunci untuk meningkatkan efektivitas program bantuan sosial. Dengan kerja sama yang erat antara pemerintah, filantropi, dan masyarakat, kita yakin dapat mewujudkan kemandirian dan kesejahteraan bagi semua," pungkas Badrus, staf pelaksana BAZNAS Sidoarjo pada sela sela acara.
BERITA07/11/2024 | admin
Baznas sidoarjo, Uluran Kasih Untuk Keluarga Dhuafa
Baznas sidoarjo, Uluran Kasih Untuk Keluarga Dhuafa
Diiringi sinar mentari yang molai merayap di kawasan Wadungasri. Di sebuah rumah sederhana bercat hijau mint, Ibu Faricha (54) duduk dengan tenang, jilbab pink mudanya melambai pelan tertiup angin. Di tangan tergenggam sebuah amplop - bantuan biaya hidup dari BAZNAS Sidoarjo. “Alhamdulillah, rezeki ini sangat membantu untuk kebutuhan sehari-hari. Sebagai janda dengan dua anak, terkadang hidup terasa berat. Tapi saya selalu percaya Allah tidak pernah tidur,” tutur Faricha, matanya berkaca-kaca. Setiap hari, ia berjualan kecil-kecilan sambil aktif mengikuti pengajian di berbagai majelis, Kamis 7 November 2024 Tidak jauh dari sana, di Desa Janti, sosok Pak Paeran yang sudah sepuh menyandarkan tubuhnya di becak yang setia menemani mencari nafkah. Meski usia tak lagi muda, semangatnya mengayuh becak dan merawat kebun desa tak pernah surut. Kini ia tinggal bersama anak, menantu dan cucu di rumah yang telah dibedah oleh program desa. “BAZNAS Sidoarjo berkomitmen membantu meringankan beban saudara-saudara kita yang membutuhkan. Hari ini kami menyalurkan bantuan biaya hidup kepada empat warga Wadungasri dan seorang warga Janti. Semoga bantuan ini membawa keberkahan,” jelas Ahmad Hamdani, staf pelaksana BAZNAS Sidoarjo. Program bantuan biaya hidup ini menyasar lima penerima: Abdul Muchris, Faricha, Erwin Muzamro'ah, dan Muhammad Badrus Salam dari Wadungasri, serta Paeran dari Desa Janti. Masing-masing memiliki kisah perjuangan yang berbeda, namun diikat oleh semangat yang sama - tekad untuk terus berjuang demi kehidupan yang lebih baik. Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern Sidoarjo, masih banyak kisah-kisah seperti Ibu Faricha dan Pak Paeran yang menanti uluran tangan. BAZNAS hadir sebagai jembatan antara para muzakki dan mustahik, mengubah setiap rupiah zakat menjadi harapan baru bagi mereka yang membutuhkan.
BERITA07/11/2024 | admin
Program Kolaboratif ZIS-DSKL Berbasis Regsosek untuk Indonesia Emas 2045 di Provinsi Jawa Timur
Program Kolaboratif ZIS-DSKL Berbasis Regsosek untuk Indonesia Emas 2045 di Provinsi Jawa Timur
Rapat koordinasi bertajuk Akselerasi Akuntabilitas Kemanfaatan Zakat, Infak, Sedekah, dan Dana Sosial Keagamaan Lainnya untuk Mustahik Berbasis Data Kemiskinan, ini juga membahas Program Kolaboratif ZIS-DSKL Berbasis Regsosek (Data Registrasi Sosial Ekonomi) untuk Indonesia Emas 2045 di Provinsi Jawa Timur. Menurut Prof. Waryono, program ini merupakan upaya strategis dalam mengoptimalkan peran zakat untuk penanggulangan kemiskinan.Rapat koordinasi yang digelar di Movenpick Hotel Surabaya ini rencananya berlangsung hingga jum'at mendatang. "Dengan memanfaatkan data kemiskinan terpadu melalui Regsosek, kami dapat memastikan penyaluran zakat tepat sasaran dan memberikan dampak optimal bagi mustahik. Sinergi antara pemerintah, BAZNAS, dan lembaga-lembaga amil zakat akan menjadi kunci keberhasilan program ini," tegas Prof. Waryono,6 November 2024 Dr. Syauqi menambahkan, program kolaboratif ini juga akan didukung dengan peningkatan akreditasi dan audit lembaga zakat. "Akuntabilitas lembaga zakat menjadi hal mutlak untuk menjamin transparansi dan efektivitas penyaluran dana ZIS-DSKL. Kami akan terus mendorong peningkatan kualitas kelembagaan dalam rangka mewujudkan program yang berdampak nyata bagi masyarakat," ujar Dr. Syauqi. Rapat koordinasi ini diharapkan dapat menjadi langkah awal yang efektif dalam mengakselerasi peran zakat sebagai salah satu instrumen penting untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan mempercepat pencapaian visi Indonesia Emas 2045, khususnya di Provinsi Jawa Timur.
BERITA06/11/2024 | admin
Zakat Dipercaya Jadi Instrumen Penting Wujudkan Kesejahteraan Masyarakat
Zakat Dipercaya Jadi Instrumen Penting Wujudkan Kesejahteraan Masyarakat
Surabaya, 6 November 2024 - Pemerintah terus berupaya mewujudkan visi Indonesia Emas 2045, salah satunya melalui optimalisasi peran zakat. Dalam Rapat Koordinasi Akselerasi Akuntabilitas Kemanfaatan Zakat, Infak, Sedekah, dan Dana Sosial Keagamaan Lainnya (ZIS-DSKL) untuk Mustahik Berbasis Data Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur, Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Irjen Bimas Islam Kementerian Agama RI, Prof. Waryono Abdul Ghofur, menegaskan komitmen pemerintah dalam mendayagunakan zakat sebagai instrumen penting untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. "Zakat memiliki potensi besar sebagai salah satu instrumen untuk mewujudkan cita-cita Indonesia Emas 2045. Dengan koordinasi dan sinergi yang baik antara pemerintah, BAZNAS, dan lembaga-lembaga amil zakat, dana zakat dapat didistribusikan secara optimal dan tepat sasaran untuk membantu mengentaskan kemiskinan," ujar Prof. Waryono. Sependapat dengan Prof. Waryono, Ketua BAZNAS Jawa Timur, Prof. Dr. Ali Maschan, menyatakan bahwa akselerasi akuntabilitas kemanfaatan ZIS-DSKL melalui sinkronisasi data mustahik dengan data kemiskinan menjadi langkah penting untuk memastikan zakat dapat berkontribusi secara maksimal terhadap penanggulangan kemiskinan. "Pada tahun 2023, dana ZIS-DSKL di Jawa Timur sebesar Rp405 miliar hanya mampu berkontribusi 2,21% terhadap pengentasan kemiskinan nasional. Melalui program ini, kami berharap dapat meningkatkan kontribusi zakat dalam menurunkan angka kemiskinan di Jawa Timur dengan memastikan pendistribusian yang tepat sasaran berdasarkan data kemiskinan yang akurat," jelas Prof. Ali Maschan. Rapat koordinasi yang digelar di Movenpick Hotel Surabaya ini merupakan salah satu upaya Kementerian Agama RI, BAZNAS, dan pemerintah daerah Jawa Timur untuk mengakselerasi akuntabilitas dan kemanfaatan zakat, infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya bagi penanggulangan kemiskinan di wilayah tersebut. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi model bagi daerah lain dalam mendayagunakan zakat secara lebih efektif dan membawa dampak nyata bagi masyarakat. Dalam kesempatan yang sama, Kasubdit Akreditasi dan Audit Lembaga Zakat Kementerian Agama RI, Dr. Ahmad Syauqi, S.H., M. Hum., CLA., C.Med., menekankan pentingnya akuntabilitas dalam pengelolaan ZIS-DSKL. "Akuntabilitas menjadi kunci bagi pengelolaan zakat yang amanah dan berdampak. Melalui program kolaboratif ZIS-DSKL berbasis data kemiskinan, kami berharap dapat meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pengelolaan zakat sehingga tepat sasaran dan membawa manfaat nyata bagi masyarakat yang membutuhkan," ujar Dr. Syauqi.
BERITA06/11/2024 | admin
Info Rekening Zakat

Info Rekening Zakat

Mari tunaikan zakat Anda dengan mentransfer ke rekening zakat.

BAZNAS

Info Rekening Zakat